ZONA PRIANGAN - Harga emas melemah di akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), susul tindakan mengambil untung dari peningkatan dua sesi awalnya karena dolar AS semakin kuat saat beberapa pedagang menanti data inflasi AS minggu ini untuk membantu perkuat harapan peningkatan suku bunga.
Kontrak emas sangat aktif untuk pengiriman Februari di seksi Comex New York Exchange, merosot 1,30 dolar AS atau 0,07 % jadi ditutup pada 1.876,50 dolar AS per ounce, sesudah diperjualbelikan capai tingkat paling tinggi sesi di 1.885,20 dolar AS dan paling rendah sesi di 1.872,00 dolar AS.
Emas berjangka terangkat 8,10 dolar AS atau 0,43 % jadi 1.877,80 dolar AS pada Senin, 9 Januari 2023, sesudah naik 29,10 dolar AS atau 1,58 % jadi 1.869,70 dolar AS pada Jumat, 6 Januari 2023, dan tergelincir 18,40 dolar AS atau 0,99 % jadi 1.840,60 dolar AS pada Kamis, 5 Januari 2023.
Baca Juga: Segudang Potensi Bisnis Kawasan Kertajati Aerocity di Majalengka
Dolar AS kuat pada Selasa, 10 Januari 2023 karena pelaku pasar menanti data inflasi khusus AS, dengan index dolar yang menghitung greenback pada enam mata uang utama yang lain, naik 0,23 % jadi 103,2360.
Greenback yang semakin kuat membuat harga-harga komoditas berdenominasi dolar jadi lebih mahal untuk beberapa investor pemegang mata uang lainnya. Bertambahnya imbal hasil obligasi pemerintahan AS kurangi daya magnet emas.
Konsentrasi minggu ini tertuju pada data inflasi index harga konsumen AS, yang diprediksi akan makin melamban pada Desember dari bulan sebelumnya. Tapi pasar akan memperhatikan dengan jeli pergerakan pelambatannya, mengingat tren inflasi masih jauh di atas kisaran target tahunan Fed.
Baca Juga: Apindo Jabar Kecewa dan Tolak Keputusan Gubernur Nomor 561, Terkait Soal Penyesuaian Upah Buruh
Di lain sisi, keinginan safe haven yang bertambah dapat menggerakkan harga emas karena pasar makin siaga pada kekuatan krisis tahun ini di tengah-tengah inflasi tinggi dan peningkatan suku bunga.