Slank atau Iwan Fals Banyak Penggemarnya tapi Nilai Jual Mereka Kalah Sama Musisi Korea

- 14 November 2021, 16:11 WIB
Pengurus Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia menggelar perkemahan dan diskusi musik.*
Pengurus Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia menggelar perkemahan dan diskusi musik.* /Dok. Forwan/

ZONA PRIANGAN - Jambore Forwan 2021 selain menggelar perkemahan juga ditandai dengan diskusi musik di Bumi Perkemahan Lingkung Gunung, Bogor.

Diskusi digelar dalam 3 tema. Tema pertama tentang musik dengan pembicara dari promotor musik Harry Koko Santoso, dan produser musik Seno M Hardjo, serta dimoderatori wartawan musik Budi Ace.

Kedua narasumber sepakat kalau wartawan punya peran penting untuk memajukan industri musik tanah air, terutama pasca pandemi.

Baca Juga: Brooke Shields Mengaku Masih Perawan, Iklannya Dilarang Tayang di Beberapa Jaringan Televisi

Selain itu, Koko menyoroti para musisi Indonesia yang belum memiliki nilai jual dari musisi luar negeri.

Dengan kondisi itu, para musisi Indonesia belum ada yang sanggup menyumbang devisa bagi negara.

Sebesar-besarnya musisi seperti Slank atau Iwan Fals, mereka hanya besar ditonton di sini.

Baca Juga: Usia Sudah Kepala 5, Demi Moore Masih Terlihat Seksi dalam Balutan Pakaian Renang

"Itu namanya kanibal karena perputaran uangnya di sini saja, tidak mendatangkan devisa dari luar," ujar Koko.

Dia menambahkan, nilainya juga jauh, tidak ada yang mencapai 100.000 US dolar perkonser.

"Bandingkan dengan musisi Amerika Serikat, Korea, Inggris yang nilainya bisa di atas 100.000 US dolar, bahkan ada yang mencapai 1 juta US dolar,” kata CEO Deteksi Production itu.

Baca Juga: Peraih Oscar, Nicolas Cage Dikira Gelandangan dan Diusir dari Restoran Mewah Las Vegas

Sedangkan Seno M Hardjo menilai, sebenarnya secara kualitas, musisi Indonesia tidak kalah dengan musisi internasional.

Itu terbukti dari beberapa penyanyi dan musisi Indonesia yang kerap berprestasi di ajang musik dunia.

Ada Harvey Malaiholo yang menang di World Song Pop Festival di Jepang tahun 1986, atau Elfa Singers yang sering menjuarai penghargaan internasional.

Baca Juga: Shawn Mendes dan Camila Cabello Berciuman di Miami Beach, Mereka Belum Bertunangan

"Saat itu, musik Korea belum ada apa-apanya,” kata Seno.

Karena itulah baik Koko dan Seno menilai, peran pemerintah dan wartawan dibutuhkan untuk bisa memajukan industri musik tanah air.

“Kita masih ada harapan. Perlu kerja sama semua pihak, terutama pemerintah dalam membuat kebijakan tepat, serta pemberitaan yang baik,” kata Seno.

Baca Juga: Miley Cyrus Pamerkan Sepatu Gucci tapi Hal Ini yang Membuat Penggemar Jadi Salah Fokus

Diskusi kedua membahas seputar tata kelola organisasi. Disajikan oleh dua narasumber yang berasal dari wartawan senior, Eddie Karsito dan Haris Jauhari. Moderatornya juga berasal dari wartawan senior Dimas Supriyanto.

Eddie Karsito yang juga Sekretaris Umum Forwan menyampaikan gambaran tentang Forwan.

Mulai dari sejarah, struktur organisasi, maksud dan tujuan, sampai legalitas Forwan.

Baca Juga: Sebelum Menikah dengan Carter Reum, Paris Hilton Punya Lima Pacar dan Sempat Menjalani Masa Kelam

Sedangkan Haris Jauhari memberi banyak masukan seputar tata kelola organisasi yang baik dalam memajukan Forwan.

“Ada organisasi yang kelihatan selalu sibuk, keren dan mentereng. Tapi ada juga organisasi yang diam-diam membuat sejarahnya sendiri. Forwan semoga yang dua-duanya,” kata Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) periode 1998-2001 ini.

“Paling tidak, diam-diam membuat sejarah yang dikenang para anggotanya sebagai oranganisasi yang telah meningkatkan kesejahteraan mereka,” harap Haris lagi.

Baca Juga: Cameron Diaz dan Drew Barrymore Tampil Berpelukan, Kok Penggemar Jadi Heboh

Di hari kedua, materi seputar film yang menjadi bahasan. Temanya adalah Jurnalisme Marketing yang disajikan oleh wartawan senior Aris Muda yang kini telah berhasil meniti karirnya sebagai produser sejumlah film.

Menurut Aris Muda, sejatinya jurnalisme dan marketing itu adalah dua hal berbeda.

Salah satunya adalah pertanggungjawaban produknya, dimana produk jurnalistik bertanggungjawab pada publik, sementara produk marketing pada klien.

Baca Juga: John Travolta Penganut Gereja Scientology, Tidak Percaya Radiasi dan Kemoterapi

Tentu saja perbedaan ini cukup membuat kesulitan wartawan yang sangat memegang idealismenya dalam menghasilkan produk jurnalistik, namun tetap membutuhkan penghasilan untuk kehidupan sehari-harinya.

Di tengah perkembangan teknologi digital saat ini, Haris menilai hal itu bisa disajikan secara bersamaan.

“Caranya, adalah kita sajikan produk jurnalistik yang berbeda dari iklan tapi diinginkan klien. Kita buat produk marketing dalam kemasan produk jurnalistik,” katanya.

Baca Juga: Ben Affleck Liburan Bersama Mantan Istri, Jennifer Lopez Ikut Gabung di Malibu California

Secara umum, Jambore Forwan 2021 berlangsung cukup sukses dan lancar. Apalagi juga dihadiri para peninjau yang berasal dari para wartawan senior top dari Komunitas Kandang Ayam.

Para narasumber yang menyajikan materi bisa menjadi bekal bagi anggota Forwan dalam meningkatkan skillnya, serta menggerakkan roda organisasi.

Serta semangat para pengurus dan anggota Forwan periode 2021-2025 dalam memanfaatkan Jambore Forwan 2021 sebagai ajang silaturahmi, konsolidasi serta menimba ilmu.

Baca Juga: Adele Sempat Gusar Saat Instagram Live, Penggemar Bertanya: Berapa Jumlah Tubuhmu?

Kesuksesan Jambore Forwan 2021 juga tak luput dari banyaknya para sponsor yang mendukung.

Mulai dari Djarum Foundation, PT Kino Indonesia Tbk, Indosiar-SCTV, Eiger, Nagaswara, Desainer Nina Nugroho, Yayasan Generasi Lintas Budaya, ProAktif, Pita Swara Kita, Bromo Group, Pocari Sweat, dan PT Sinar Media Indonesia.

“Terimakasih atas para sponsor yang telah ikut mensukseskan acara Jambore Forwan 2021,” kata Ketua Forwan, Sutrisno Buyil.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x