Network
ZONA PRIANGAN - Pada 4 Oktober 2007 di acara The Oprah Winfrey Show, Sinead O'Connor mengungkapkan bahwa dia telah didiagnosis dengan gangguan bipolar empat tahun sebelumnya.
Sinead O'Connor juga telah mencoba mengakhiri hidupnya tepat di hari ulang tahunnya yang ke-33 pada 8 Desember 1999.
Kemudian di acara Oprah: Where Are They Now? yang tayang pada 9 Februari 2014, O'Connor mengatakan bahwa dia telah menerima tiga 'second opinion' dan diberitahu oleh ketiganya bahwa dia tidak bipolar.
Baca Juga: Otak Udang Itu Gambaran Orang Bodoh, tapi Patrick Lebih Bodoh Karena Bintang Laut Tak Punya Otak
Pada Agustus 2015, Sinead O'Connor mengumumkan bahwa dia akan menjalani histerektomi setelah menderita masalah ginekologi selama lebih dari tiga tahun.
O'Connor kemudian menyalahkan penolakan rumah sakit untuk terapi penggantian hormon setelah operasi sebagai alasan utama untuk masalah kesehatan mentalnya di tahun-tahun berikutnya.
Setelah merokok ganja selama 30 tahun, O'Connor pergi ke pusat rehabilitasi pada 2016, untuk mengakhiri kecanduannya.
Baca Juga: Jualan Bala-bala Sangat Menguntungkan, di Pasar Malam New York Harganya Bisa Rp70 Ribu
Lalu, pada Agustus 2017, O'Connor memposting video berdurasi 12 menit di akun Facebook-nya di mana ia menyatakan bahwa dia merasa kesepian sejak.
Hal itu tidak lain terjadi karena kehilangan hak asuh putranya Shane berusia 13 tahun.
Shane yang selama dua tahun sebelumnya memiliki keinginan untuk bunuh diri, hanya pertolongan dokter dan psikiaternya untuk menjaganya tetap hidup.
Baca Juga: Bersin Bukan Sekadar Tanda Mau Pilek tapi Bukti Tubuh Masih Sehat, Ucapkanlah Alhamdulillah
Pada November 2020, O'Connor mengumumkan bahwa dia menunda semua konsernya hingga 2022 untuk menjalani "program perawatan trauma dan kecanduan satu tahun," kata penyanyi itu.
"Karena saya mengalami enam tahun yang sangat traumatis dan tahun ini adalah berakhir, tetapi sekarang pemulihan dimulai," tuturnya.
O'Connor adalah seorang agorafobia. Agorafobia adalah salah satu jenis gangguan cemas.
Gangguan ini menimbulkan perasaan ketakutan dan khawatir yang berlebihan ketika berada di tempat yang membuat pengidapnya merasa sulit untuk pergi atau merasa tidak dapat meminta pertolongan kepada siapa pun.
Biasanya pengidap agorafobia akan merasa panik dan cemas saat berada dalam perjalanan, di transportasi umum, di tempat tertutup, tempat terbuka, di tempat keramaian, berada di antrian atau meninggalkan rumah sendirian.
Dengan alasan ini, biasanya pengidap menghindari berada pada tempat atau kondisi tersebut dan ini menjadi alasan yang dapat menghambat pekerjaan dan kehidupan sosial.***
