Kemudian, bagaimana perkembangan di lapangan, di jalan, pasar serta terminal? Dari tiga titik lahan parkir yang diincar Bang Edi, kini tak semulus itu berlangsung, karena silih berganti beberapa pihak yang jadi penguasa.
Laporan Willy kepada Cecep untuk mengekspresikan salam olahraga dan direspons secara semangat oleh Kang Murad dan Ujang, kini harus tertahan karena kesempatan untuk itu selalu meleset karena dinamika di lapangan yang selalu berubah-ubah.
Anak buah Agus dan Yayat yang direkrut jadi petugas parkir, satu per satu mengundurkan diri karena dihajar oleh Bubun atau gerombolan Remon Rindu Order.
Laporan dari Yayat dan Agus membuat Bang Edi kecewa, padahal awalnya dia melihat prospek usaha parkir liar ini bisa sangat menguntungkan. Bang Edi membayangkan, bahwa hanya dengan modal peluit bisa menguasai belasan titik lahan parkir.
Sementara, dua anak buah Kang Darman yang disapu oleh dinas kebersihan gerombolan Remon, kini terkapar tak berdaya. Satu luka ringan karena pukulan sedangkan yang lainnya, Uheng harus terbaring karena patah tulang.
Ketika dijenguk oleh Kang Darman, maka Uheng memohon untuk Kang Darman turun tangan dan si pelaku penganiayaan bisa juga merasakan bagaiman sakitnya patah tulang.
Kang Darman yang telah berhenti dari dunia preman dan kini menjalani profesi baru sebagai petugas reparasi mobil merasa tergerak, karena kebetulan klien pemilik mobil gagal membayar karena uangnya dibegal.
Di tempat lain salah satu lahan parkir, Bubun ikut meramaikan persaingan. Sementara, trio Taslim, Ajun dan Mawardi diawasi dan diincar anak buah Remon. Ajun kembali jadi sasaran dihajar dua anak buah Remon.