ZONA PRIANGAN - Sebuah penelitian yang diterbitkan Jumat oleh JAMA Network Open, bahwa lebih dari satu dari 10 anak yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, mengalami komplikasi seperti detak jantung tidak teratur, gagal paru-paru, dan gejala pneumonia virus.
Namun, data menunjukkan bahkan dengan masalah kesehatan yang berpotensi parah ini, sejumlah kecil anak menerima obat yang dirancang untuk mengobati mereka.
Tidak jelas mengapa hal ini terjadi, meskipun bisa jadi karena obat ini jarang digunakan - dan mungkin tidak disetujui untuk - anak-anak, kata para peneliti.
Misalnya, anak-anak lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dewasa untuk menerima obat-obatan seperti remdesivir dan hydroxychloroquine, yang keduanya telah dievaluasi untuk digunakan dalam pengobatan COVID-19.
“Masih ada pilihan terapi terbatas untuk COVID-19,” kata Dr. Florence T. Bourgeois kepada UPI, seperti dikutip ZonaPriangan dari laman UPI.com, 11 Juni 2021.
"Dalam penelitian, kami menemukan bahwa beberapa anak diobati dengan beberapa agen eksperimental yang umum digunakan orang dewasa," kata Bourgeois, seorang profesor pediatri di Harvard Medical School di Boston.
Meskipun tidak ada obat untuk COVID-19, remdesivir antivirus dan kortikosteroid seperti deksametason, antara lain telah terbukti meningkatkan pemulihan pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena virus.