Rusia Dituduh Merencanakan Serangan Hibrida untuk Menggoyahkan Wilayah dan Pemerintah Pro-Barat Moldova

- 29 April 2022, 11:05 WIB
Seorang penembak jitu, pemberontak yang didukung Moskow mengawasi wilayah Donbas yang memisahkan diri dari Ukraina.
Seorang penembak jitu, pemberontak yang didukung Moskow mengawasi wilayah Donbas yang memisahkan diri dari Ukraina. /Reuters

ZONA PRIANGAN - Rusia telah dituduh merencanakan serangan hibrida untuk 'menggoyahkan' wilayah dan pemerintah pro-Barat Moldova setelah serangkaian ledakan di sana memicu kekhawatiran Rusia meluncurkan serangan 'bendera palsu' untuk membenarkan invasi Transnistria.

Sejak pasukan invasi Rusia didorong kembali di pinggiran Kyiv bulan lalu, Moskow telah memfokuskan kembali operasinya di Ukraina timur, memulai serangan baru untuk sepenuhnya merebut dua provinsi yang dikenal sebagai Donbas.

Para jenderal Moskow juga mengatakan tujuan mereka adalah untuk mendorong keluar dari Kherson - di pantai Laut Hitam dan satu-satunya kota besar yang jatuh ke tangan pasukan Putin sejauh ini - dan menangkap Mykolaiv dan Odesa, memotong Ukraina dari lautan.

Baca Juga: Perang Baru Permulaan, Vladimir Putin Ingin Membubarkan Eropa dan Mencapai Serangan Global terhadap Demokrasi

Negara-negara Barat telah bersatu untuk mendukung Kyiv, dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyatakan awal pekan ini bahwa Ukraina akan diberikan semua senjata yang dibutuhkan untuk 'memenangkan' perang dan 'melemahkan' Rusia ke titik di mana ia tidak dapat menyerang lagi.

Liz Truss, menteri pertahanan Inggris, secara eksplisit menjelaskan kondisi kemenangan dalam pidato tadi malam - mengatakan pengiriman senjata akan 'terus berjalan lebih jauh dan lebih cepat untuk mendorong Rusia keluar dari seluruh Ukraina', tulis Dailymail, 28 April 2022.

Itu berarti tidak hanya mengambil kembali bagian-bagian Ukraina yang diduduki Rusia sejak Putin memerintahkan invasi pada Februari tahun ini, tetapi juga mengambil kembali bagian-bagian yang diserang dan dicaplok sejak 2014 - yaitu Krimea dan wilayah Donetsk dan Luhansk yang dikuasai pemberontak.

Baca Juga: Moskow Menyebut Presiden Ukraina Zelensky sebagai Boneka Barat yang Digunakan AS untuk Mengancam Rusia

Liz Truss berpendapat bahwa perang bisa berlangsung selama sepuluh tahun, tetapi Barat harus siap 'untuk jangka panjang.'

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: Dailymail.co.uk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x