Menurut Sam Kiley, Archie merupakan bagian dari para remaja Kherson yang main hakim sendiri. Tapi dia punya alasan kuat untuk melakukan pembunuhan.
Kiley melaporkan bagaimana Archie "baru berusia 19" ketika pasukan Rusia menginvasi Kherson pada bulan Maret, hanya beberapa hari setelah mereka turun ke Ukraina.
Pemuda itu mengatakan dia telah berkeliling kota pelabuhan dengan temannya "mengumpulkan intelijen" yang nantinya akan mereka sampaikan ke Angkatan Bersenjata Ukraina.
Archie berkata: “Setidaknya 10 orang Rusia dibantai setiap malam. Saya bukan satu-satunya di Kherson. Ada banyak pria atletis dan partisan.”
Penduduk Kherson bertahan di bawah pendudukan Rusia selama kira-kira delapan bulan ketika tentara Putin tiba dari Krimea, tulis Express.
Baca Juga: Dampak Ledakan HIMARS Mengerikan, Mayat Pasukan Vladimir Putin Bergelimpangan di Hangar Balakliia
Penduduk setempat menceritakan bagaimana mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan bersembunyi di ruang bawah tanah mereka, takut menjadi sasaran pasukan Putin bahkan karena berani berbicara bahasa ibu mereka di depan umum.
Laporan menunjukkan tentara Rusia mengarak kota dalam keadaan mabuk, memperkosa dan memukuli warga Ukraina yang tidak bersalah dan meletakkan ranjau sebelum mundur dengan harapan akan membunuh tentara yang maju.
Menyusul pemindahan tentara dari kota, ribuan penduduk Kherson bersuka cita, mengibarkan bendera Ukraina di tiang alun-alun dan mengabaikan peringatan untuk tetap di dalam. Mereka merasa bebas setelah pasukan Vladimir Putin kabur dari Kherson.***