Wanita Hamil Sebaiknya Menghindari Minum Kopi

- 27 Agustus 2020, 22:05 WIB
Petunjuk resmi di Inggris, AS, dan Eropa mengizinkan dua cangkir kopi per hari takaran medium bagi wanita hamil.* /GETTY IMAGES
Petunjuk resmi di Inggris, AS, dan Eropa mengizinkan dua cangkir kopi per hari takaran medium bagi wanita hamil.* /GETTY IMAGES /

ZONA PRIANGAN – Wanita hamil seharusnya menghentikan sepenuhnya minum kopi untuk membantu menghindari keguguran, bobot bayi rendah, dan kematian bayi, menurut sebuah studi internasional mengenai kafein dan kehamilan.

Ada kontradiksi dengan petunjuk resmi di Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa, tidak ada tingkatan yang aman mengkonsumsi kafein selama kehamilan, menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Evidence-Based Medicine, belum lama ini.

Studi ini menganalisis lebih dari 1.200 hasil studi mengenai efek obat pada ibu hamil dan menemukan banyak konfirmasi meyakinkan mengenai meningkatnya risiko, sedikitnya untuk lima besar hasil kehamilan negatif: keguguran, kematian bayi, bobot bayi rendah, leukemia akut pada anak-anak, dan obesitas atau kelebihan berat badan pada anak-anak.

Baca Juga: Alat Baru yang Mengubah Sinar Matahari, Karbondioksida, dan Air Menjadi Bahan Bakar

Namun studi tersebut digugurkan oleh industri kopi, yang mendesak konsumen untuk menyesuaikan dengan nasihat kesehatan publik di Inggris, AS, dan Eropa bahwa asupan kafein setiap hari sebanyak dua cangkir kopi tingkat medium (200 mg) aman bagi wanita hamil.

Mayoritas wanita hamil memang mengkonsumsi kafein, yang juga ditemukan dalam minuman energi dan tingkat rendah di dalam minuman cola, cokelat, dan teh.

Organisasi Kesehatan Dunia telah mengakui studi bahwa asupan yang berlebihan kafein mungkin berhubungan dengan pertumbuhan yang terhambat, menurunnya bobot kelahiran, kematian bayi, wanita hamil yang mengkonsumsi kafein lebih dari 300 mg per hari seharusnya dikurangi.  

Baca Juga: Warga Resah, Daging Sapi Beku dari Australia Beredar di Garut

Riset terbaru yang dilakukan Prof. Jack James dari Universitas Reykjavik, menemukan bahwa nasihat resmi yang ada tidak konsisten dengan tingkatan ancaman dan bukti empiris yang luas dari kerugian sebenarnya, disimpulkan bahwa rekomendasi kesehatan yang ada harus direvisi secara radikal.

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x