Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan Menemukan Penggunaan Gas Air Mata Kedaluwarsa

- 10 Oktober 2022, 21:37 WIB
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Rhenald Kasali menyampaikan keterangan kepada wartawan usai menggelar pertemuan dengan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dan Kompolnas di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022.
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Rhenald Kasali menyampaikan keterangan kepada wartawan usai menggelar pertemuan dengan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dan Kompolnas di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. /ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

ZONA PRIANGAN - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menemukan fakta soal penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa oleh polisi dan itu merupakan sebuah pelanggaran.

"Tentu itu adalah penyimpangan, tentu itu adalah pelanggaran," kata anggota TGIPF Rhenald Kasali di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin, dikutip ZonaPriangan.com dari Antara.

Lebih lanjut Rhenald Kasali mengatakan bahwa kepolisian sekarang ini bukan lah military police atau polisi yang berbasis militer, melainkan civilian police. Oleh karena itu, penggunaan senjata seharusnya untuk melumpuhkan, bukan mematikan.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Menjadi Salah Satu Pejabat Senior Indonesia yang Menjadi Sasaran Spyware pada Tahun Lalu

"Jadi, bukan senjata untuk mematikan, melainkan senjata untuk melumpuhkan supaya tidak menimbulkan agresivitas. Yang terjadi adalah justru mematikan. Jadi, ini harus diperbaiki," tambahnya.

Sebelumnya, tim memang sudah mencurigai penggunaan gas air mata yang sudah kedaluwarsa. Untuk membuktikannya, tim mengirim sampel ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.

Kecurigaan itu bukan tanpa alasan setelah menyaksikan mata para korban yang mulai menghitam dan memerah.

Baca Juga: Polri Akhirnya Angkat Bicara Setelah Beredar Video Pengakuan Wanita yang Diduga Asisten Rumah Tangga Sambo

"Ini sedang dibahas di dalam (tim). Jadi, memang ada korban yang hari itu dia pulang tidak merasakan apa-apa, tetapi besoknya matanya mulai hitam. Setelah itu, matanya menurut dokter perlu waktu sebulan untuk kembali normal. Itu pun kalau bisa normal," ujarnya.

Fakta di lapangangan soal ditemukannya gas air mata kedaluwarsa di Stadion Kanjuruhan diamini oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Namun, efek ditimbulkan dari cairan kimia itu berkurang dibanding yang masih berlaku.

"Ada beberapa yang ditemukan (gas air mata) pada tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tetapi ada beberapa," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin.

Baca Juga: SPBU VIVO Akhirnya Menaikkan Harga Bahan Bakar Minyak dengan RON 89 di Atas Harga Pertalite Seharga Rp10.900

Walaupun tidak diketahui jumlah pasti dari gas air mata kedaluwarsa yang digunakan saat kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Dedi memastikan sebagian besar gas air mata atau (chlorobenzalmalononitrile/CS) pada saat itu adalah gas air mata yang masih berlaku dengan jenis CS warna merah dan biru.

Jenderal polisi bintang dua itu menyebutkan ada tiga jenis gas air mata yang digunakan oleh personel Brimob di seluruh Indonesia, yakni warna merah, biru, dan hijau. Penggunaannya pun diatur sesuai dengan eskalasi massa dan tingkat kontijensi yang terjadi.

Gas air mata warna hijau yang digunakan pertama berupa smoke (asap), saat ditembakkan terjadi ledakan di udara yang berisi asap putih. Gas air mata kedua berwarna biru untuk menghalau massa bersifat sedang.

Baca Juga: Perayaan Idul Adha di Indonesia 'Diganggu' oleh Penyakit Mulut dan Kuku

"Jadi, kalau klaster dalam jumlah kecil digunakan gas air mata tingkat sedang," katanya.

Gas air mata warna merah, lanjut dia, untuk mengurangi massa dalam jumlah besar.

"Jadi, mengutip kata pakar, semua tingkatan ini, CS atau gas air mata dalam tingkat tertinggi pun tidak ada yang mematikan," ujar Dedi.

Baca Juga: Jokowi Bangga dengan Perkembangan Indonesia di Panggung Dunia

Menurut Dedi, setiap gas air mata mempunyai batas waktu penggunaan. Namun, berbeda dengan kedaluwarsa pada makanan yang menimbulkan jamur dan bakteri hingga bisa mengganggu kesehatan.

Kebalikan dari sifat makanan. Ketika gas air mata sudah kedaluwarsa maka kadar kimianya berkurang. Ini tentu saja mengurangi efektivitas gas air mata ketika ditembakkan sudah tidak efektif lagi.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x