“Padahal keberadaanya membahayakan karena mereka membentuk opilini publik seolah suara publik, padahal sebenarnya mereka hanya menimbulkan efek perpecahan dan epek sosial” demikian Prio
Prio mengaku prihatin, karena ternyata sebagian buzzer itu dihidupi oleh para pembesar-pembesar, politisi dan pemegang kekuasaan dan itu warisan yang buruk bagi demokrasi. Hendaknya itu harus dihapus.
Baca Juga: BMKG Ramalkan Intensitas Hujan di Bandung Januari 2023 Turun
“Munculnya cebong dan kampret boleh berlaku sesaat tapi tidak dilestarikan yang ujungnya perpecahan. resikonya terlalu besar. Kita dikenal majemuk tapi masih bersatu, tapi ego kampret dilestarikan aduh kecewa berat,” Prio yang kini aktif di ICMi dengan jabatan sebagai Wakil Ketua Umum ICMI Pusat.
Dia mendorong mendorong campus-campus di Perguruan Tinggi agar sering mengadakan olah intelektual baik secara akademis maupun praktisi bagaimana pemilihan umum.***