Hyundai mengatakan bahwa mereka "senang melihat hasilnya, mengingat keasingan dan kebaruan" dari mobil listrik tersebut, tetapi menolak untuk mengatakan berapa banyak yang berhasil dikumpulkan dari lelang tersebut.
Markus Schuster, direktur pelaksana di Audi Singapura, percaya bahwa mobil listrik akan menjadi mayoritas penjualan mobil baru pada tahun 2025 atau 2026 seiring dengan hadirnya model-model premium seperti Audi Q8 e-tron dan Q4 e-tron di pasar.
"Sebagai tempat pamer mobil listrik, kota ini sangat cocok," katanya.
Pengemudi di Singapura rata-rata hanya menempuh jarak 30 km per hari dan tidak memiliki "kecemasan jarak tempuh" yang sama dengan pengemudi di Amerika Serikat dan Eropa, tambah Schuster.
Baca Juga: Produsen Mobil Listrik Lucid Melonjak karena Laporan Bahwa Saudi PIF akan Membeli Sisa Sahamnya
Pemerintah berencana untuk membangun 60.000 titik pengisian daya pada tahun 2030, naik dari 1.600 titik saat ini, yang menurut Schuster akan menjadi titik kritis untuk mencapai target 2030.
Goh, pemilik McLaren, sudah menjadi pengguna mobil listrik. Dia senang karena dia tidak perlu menyalakan mesin saat menjemput anak sekolah dan biaya pengisian daya Tesla Model 3 miliknya tahun lalu kurang dari S$700 atau sekitar Rp7,9 juta untuk jarak tempuh 11.000 km.
"Untuk kendaraan harian, saya tidak akan kembali ke mobil bensin biasa," katanya.
Baca Juga: Lewat EV Mungil, City Transformer Membidik Pasar Perkotaan di Eropa