Karena Ada Beras Impor, Petani di Majalengka Terpaksa Obral Gabah dengan Harga Rendah

- 22 Maret 2021, 14:28 WIB
Petani di Majalengka merugi, Gabah dijual dengan harga rendah.
Petani di Majalengka merugi, Gabah dijual dengan harga rendah. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP


ZONA PRIANGAN - Seorang petani di Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka mengaku rela mengobral gabahnya dengan harga Rp300.000 per kw untuk Gabah Kering Giling, asalkan ada yang bersedia membeli.

Itu dilakukan saking merasa putus asa setelah berkeliling mendatangi 7 bandar gabah di dua desa Biyawak dan Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh dan ternyata tidak ada seorang bandarpun yang bersedia membeli dengan alasan tidak tersedia uang.

“Di obral kajeun Rp 3.000 sakilo ge asal aya duit. Pare euweuh nu meulian kumaha ieu teh. Pikir mah pare nu can di panen rek diantep, da jang naon teu payu ka duit. Ari jang daharmah 10 karung ge cukup nepi ka panen deui ,” ungkap Aep putus asa.

Baca Juga: Ada Diskon Hingga 90 Persen Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Inilah Cara Cek Pengumuman SNMPTN 2021 Lengkap dengan Linknya di Sini

Dia memprediksi ada yang mempermainkan harga gabah petani, jika pemerintah tidak segera turun tangan menyelamatkan gabah petani.

“Saya pusing, ada padi yang masih belum dipanen. Padi yang telah dipanen tidak laku. “ kata Aep

Menyikapi persoalan tersebut Anggota Komisi IV DPRRI Sutrisno mengatakan, penyerapan gabah petani disaat musim panen adalah langkah paling tepat yang harus dilakukan Pemerintah, kondisi ini akan berdampak  pada equalibrium pasar (keseimbangan penawaran dan permintaan) sehingga harga akan naik pada tingkat yang wajar.

Hal inipun bisa untuk memenuhi  Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Bulog sehingga Bulog ataupun Kementrian Perdagangan tidak perlu melakukan  impor beras dari luar namun memanfaatkan gabah petani ditengah kesulitan uang untuk masa tanam berikutnya.

Baca Juga: Ternyata Indonesia Punya Banyak Gunung Emas Seperti di Kongo, Inilah 5 Wilayahnya

“Gonjang ganjing pergabahan dan perberasan sudah saya prediksikan sejak tahun lalu, dan kini terbukti. Baru rencana impor sudah mempengaruhi harga gabah di tingkat petani. Para tengkulak dan Bulog tidak mau membeli dengan beragam alasan, kondisi ini memperparah harga di tingkat petani.” kata Sutrisno.

Tanpa disadari hal itu terjadi akibat ketidak hati-hatian dalam  merumuskan dan mengambil kebijakan, baru rencana akan impor telah dijadikan alasan oleh bandar atau para tengkulak untuk tidak bersedia membeli gabah petani dengan alasan akan ada beras impor.

Sedangkan petani mendesak perlu dana segar untuk melanjutkan penanaman berikutnya. Akibatnya  berapapun harganya, petani menjualnya walau harganya sangat murah.

Baca Juga: Saudi Arabia Berambisi untuk Menggelar Balapan MotoGP di Masa Depan, Setelah Sukses Mengamankan F1

“Dampak besar, harga gabah  ditingkat petani turun sedangkan harga beras di pasar tidak ada penurunan. Jadi siapa yang meraih keuntungan dari langkah pemerintah tersebut, tentu pedagang.

Sebaliknya yang babak belur adalah nasib petani. Jadi benarkah yang dikatakan Mendag rencana impor tidak menurunkan harga? itu  punya dampak, besar terhadap petani,” ungkap Sutrisno.

Sutrisno mengatakan akar persoalan impor beras sesungguhnya ada pada rencana pemerintah memenuhi penyediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Baca Juga: Dampak Positif Relaksasi Pajak, Pemesanan Mobil Daihatsu Naik Dua Kali Lipat

Siapapun pemimpinnya menghadapi pandemi Covid – 19 yang berkepanjangan, CBP harus cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

CJP tidak dari impor namun dipenuhi dari hasil petaninya sendiri yang sedang panen, sekaligus untuk membantu petani agar hasil panennya terserap dengan harga yang layak.

"Kebutuhan beras untuk CBP yang posisinya akan ditempatkan sebagai Iron Stok hendaknya dipenuhi dari hasil petani sendiri yang dihimpun Perum Bulog. “ pungkas Sutrisno.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x