ZONA PRIANGAN - Harga gabah kering giling sejak akhir tahun lalu tidak pernah beranjak naik walaupun musim paceklik, bahkan ketika puncak musim panen harga melorot tajam.
Harga tertinggi hanya mencapai Rp 450.000 hingga Rp 460.000 per kw.
Sayangnya rendahnya harga gabah tidak terlalu berpengaruh pada harga beras di pasaran, harga beras kini berkisar antara Rp 8.700 untuk beras medium dan Rp 12.000 per kg untuk kualitas premium.
Baca Juga: 17 Warga Binaan di Lapas Majalengka Dinyatakan Positif Covid-19
Dengan harga gabah sebesar itu petani rugi karena modal yang dikeluarkan cukup besar, terlebih ketika terjadi kelangkaan pupuk atau petani yang tidak memiliki kartu tani dan tidak terdaftar di RDKK (rencena Devinitif Kebutuhan Kelompok) hingga petani harus membeli pupuk non subsidi seharga Rp 600.000 per kw, karena peyalur pupuk tidak bersedia melayani pembelian pupuk bersubsidi.
“Harga gabah sudah cukup lama hanya Rp 450.000 per kw. Tidak bisa naik sama sekali, padahal modal tani padi besar. Makanya petani padi mah hanya memutarkan uang tanpa upah,” ungkap Sri warga kelurahan Simpeureum yang menanam padi dlahan seluar 200 bata atau sekitar sajuru.
Menurutnya, dengan harga gabah Rp 450.000 per kw, petani hanya mendapatkan upah sebesar Rp 6.000 per hari.
Karena modal yang dikeluarkan mencapai kurang lebih Rp 1.610.000, itu belum termasuk harus mengurus air jika saluran mampet atau bagi giliran nyang harus di susul ke wilayah Maja dengan jarak belasan kilometer.