'Festival Oprek', Hajatan Unik Kreasi Bambu di Majalengka

- 31 Oktober 2022, 08:40 WIB
Hajatan Festival bambu di Majalengka
Hajatan Festival bambu di Majalengka /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Ribuan warga di Kampung Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka gelar festival oprek Kampung Bambu Kaputren yang salah satu kegiatannya adalah  memukul kentongan atau oprek berkeliling kampung sejauh 3 km. Ini diselenggarakan sebagai peringatan tiga  tahunan Bengkel Bambu Merdeka, Sabtu (29/10/2022).

Anak-anak dan orang dewasa semua memegang dan memukul kentongan yang terbuat dari bambu dengan alat pukul juga bambu.

Sebagian anak laki-laki dan orang dewasa mengenakan seragam kampret lengkap dengan iketnya. Sedangkan anak perempuan sebagian mengenakan baju adat, di bagian kepala mahkota berbahan kain dan bambu.

Baca Juga: Apa yang Dibutuhkan Masyarakat Pasca Pandemi serta untuk Pemulihan Ekonomi ? ini Kata Bupati Majalengka

Alat kentongan atau warga menyebut oprek ini besarnya berpariatif, bahan bambu juga beragam. Ada yang terbuat dari mambu surat, ada juga dari bambu tali, malah dari bambu bitung yang ukurannya cukup besar. Ketika ditabuh suaranya berbeda, namun dengan keberagama suara tersebut memunculkan suara yang enak didengar padahal ditabuh tak beraturan. Terkecuali usai keliling karena menabuh kentongan sambil dipandu dirigent dari atas podium.

Ketua Bemgkel Bambu Merdeka, Yahya Sunarya mengatakan, festival tersebut diselenggarakan sebagai even tahunan, namun saja karena dua tahun lalu terkendala oleh Covid-19 akhirnya festival baru terselenggara kembali tahun ini.

Sejumlah kegiatan digelar diantaranya oprek. Ini menunjukan keberadaan warga,  karena oprek adalah alat yang bisa berfungsi untuk beragam kegiatan. Ketika bulan puasa oprek berfungsi untuk  membangunkan orang agar segera bangun untuk makan sahur. Ketika ada tanda berbahaya dilingkungan masyarakat, oprek juga yang memberi tanda pemberitahuan kepada warga.

Baca Juga: Kejaksaan Negeri Majalengka Tetapkan Dua Tersangka Tindak Pidana Korupsi Pinjaman ke BPR

Atau ketika terjadi musibah, oprek ditabuh agar masyarakat waspada, juga saat mengumpulkan warga untuk melaksanakan rapat di Kantor Desa opreklah yang dipukul. Hanya yang membedakan adalah cara memukul kentongannya. Misalnya untuk mengumpulkan orang dipukul enam kali , ketika tanda bahaya kentongan dipukul terus menerus hingga tak beraturan.

“Di kami untuk beragam kegiatan masih menggunakanya alat tersebut sebagai pemberitahuan kepada masyarakat. Terutama ketika ada bahaya, seperti adanya pencuri atau ada banjir dan sebagainya.” ungkap Yahya.

Festival oprek kali ini menurutnya sekaligus untuk mengedukasi anak-anak agar mereka mengetahui bahwa alat ini masih epektif digunakan untuk pemberitahuan beragam aktifitas.

“Di kampung kami di tiap sudut ada oprek, selain kini berada di rumah amsing-masing,” katanya.

Baca Juga: BMKG: Waspada Curah Hujan pada Oktober hingga Desember 2022 Berkategori Tinggi

Kepala Desa Putridalem Endah Hendrawati mengatakan, festival kampung Bambu Kaputren ini selain melestraikan tradisi oprek juga sekaligus mengenalkan pada khalayak bahwa diwilayahnya terdapat Bengkel Bambu Kaputren, dan bengkel ini memproduksi beragam kerajinan alat musik bambu seperti guitar dari bambu, suling, drum, alat musik blentung yang sepenuhnya bambu, calung, angklung serta beragam bentuk benda kreatifitas lainnya berbahan bambu.

Untuk sejumlah alat musik menurut Endah sudah dijual ke berbagai daerah, malah ada sejumlah alat musik yang pesanannya berasal dari Amerika serta sejumlah negara Asia.

Di Desa Putridalem ini terdapat belasan jenis bambu yang memiliki kerakter berbeda, seperti jenis bambu tali, tamiang, surat, bambu hitam, kuning, bitung, haur, bambu temen (awi temen) dan beberapa jenis bambu lainnya yang ditanam disekeliling kampung.

Baca Juga: Warga Majalengka Memohon kepada Puan Maharani sebagai Putri Jokowi Agar BLT Bisa Tepat Sasaran?

“Banyak manfaat bambu, makanya di kampung kami dibuat komunitas Bengkel Bambu Merdeka, mereka ini mengajarkan pembuatan kreatifitas seni hingga memperkenalkan karakter bambu dan bagaimana serta kapan nemebang bambu yang baik,” kata Kepala Desa.

Tokoh seni dan budayawan Jatitujuh Kijoen yang akrab di panggil Wa Kijoen menyebutkan, apa yang dilakukan Kampung Kaputren cukup menarik, mereka memiliki kreatifitas seni yang luar biasa dan bersedia mempertahankan budaya leluhurnya hingga sekarang dengan tetap menyediakan kentongan sebagai alat pemberitahuan kepada warga.

Pada acara festival tersebut juga digelar lomba menggambar, pentas seni dari bambu, dan beragam kegiatan lainnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x