Ratusan Warga Majalengka Ikuti Ritual Tolak Bala Memohon Keselamatan

- 24 November 2022, 07:00 WIB
Ritual Tolak bala di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.
Ritual Tolak bala di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP


ZONA PRIANGAN - Ratusan warga Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka lakukan tolak bala di jalan  penghujung desa antara Sumber Kulon dan Jatiraga, untuk memohon keselamatan dari marabahaya, Rabu (23/11/2022).

Warga berbondong-bondong datang ke tempat pelaksanaan sambil membawa tumpeng serta makanan lainnya lengkap dengan sesajen, kepala muda, tangkueh, gula batu hingga macam-macam minuman untuk sesajen layaknya untuk nyuguh, seperti  bajigur, rujak cau, kopi hitam, selasih, yang dibuat tokoh masyarakat.

Di sana masyarakat duduk bersila di atas terpal dan tikar yang sengaja digelar panitia agar bisa duduk lebih lelausa. Mereka memanjatkan doa memohon keselamatan dan dijauhkan dari malapetaka yang mengancam seluruh warga. Doa dan tahlilan dipimpin oleh tetuawarga setempat.

Baca Juga: Tragis, Seorang Ayah Tewas Usai Ditikam Anaknya Saat Menggarap Sawah

usai berdoa selama kurang lebih hampir 1,5 jaman, masyarakat kembali ke rumah masing-masing dan siangnya menyaksikan pagelaran sandiwara dengan ceritera sejarah kerajaan yang menuntun hidup masyaakat.

Menurut keterangan tokoh pemuda setempat Nana Waskana, upacara tolak bala sudah dilakukan turun temurun sejak jaman dulu. Doa bersama dilakukan agar semua masyarakat terhindar dari marabahaya, diberikan keselamatan sepanjang tahun dan penghidupan yang cukup. Diberikan ketentraman hidup serta rukun dengan sesama.

“Masyarakat di kami tidak mau meninggalkan tradisi seperti ini, karena dengan meninggalkan tradisi khawatir bahaya mengancam. Jika adat leluhur dulu tetap dilaksanakan Insya Allah semua diberkan keselamatan.” ungkap Nana.

Baca Juga: Jadwal Umrah dari Bandara Kertajati Kembali Diundur

Hanya menurutnya jika jalam dulu usai ritual tolak bala dianjutkan sengan hiburan berupa sampyong atau rebana dan selawatan hingga hampir dini hari, sekarang dengan perkembangan jaman hiburan diganti dengan sandiwara.

“Sekarang mah sandiwara, karena kulturnya warga Jatitujuh kan lebih ke kultur jawa Indramayu, makanya hiburannya jadi sandiwara. Ini pergelarannay semalam suntuk, sampai menjelang subuh. Lakonnya ya sejarah kerajaan misal walisongo, pokonya sejarah kehidupan, ” katanya.

Ruskim salah seorang warga mengaku membuat tumpeng untuk disajikan pada acara tolak bala. Dia bahkan setiap bulan di malam jumat kliwon melakukan tolak bala. Ini adalah kegiatan yang dilakukan turun temurun.

Baca Juga: Serunya Adu Ketangkasan Domba di Majalengka

“Sekarang kenapa banyak malaetakan karena hidupnya tidak tertib, tidak melakukan tolak bala, kalaupun melakukan ritual tolak bala, banyak pantangan yang di langgar. Misal dilarang menebang pohon di makam bisi k badi, sekarang malah dilakukan, dulu mengambil beras saja dari goah dilarang sambil bicara sekarang mah malah sambil menyanyi. Padahal mungkin larangan-larangan itu mungkin ada benarnya,” kata Ruskim.

Kepala Desa Sumber Kulon Ki Bagus Wardilah mengatakan, upacara tolak bala biasa dilakukan setiap tahun di awal musim penghujan. Tolak bala ini memohon keselamatan dunia dan akhirat seraya mendoakan semua leluhur warga Sumber Kulon yang telah meninggal, agar mereka tenang di alam baka.

“Ritualnyatolak bala tetap sama dengan jaman dulu, berdoa untuk leluhur yang telah meninggal, memohon keselamatan dari marabahaya, setelah itu makan-makan dan menyaksikan hiburan di balai desa,” ungkap Ki bagus Wardilah.

Baca Juga: Tak Jera di Penjara, Tiga Residivis Kasus Curat Ditangkap Kembali di Majalengka

Hanya katanya, jika jalan dulu tolak bala dilakukan dengan pergelaran kesenian yang ada pada masanya, sedangkan sekarang pergelaran sandiwara dengan ceritera  adat tentang silsilah kerajaan agar anak masa kini bisa paham tentang cerita kerajaan.

“Kalau mapag sri  (pasca panen)  kesenian yang digelar adalah wayang kulit karena harus ruatan. Hasil panen diruat agar panen yang diperoleh maslahat.” kata Kepala Desa.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x