ZONA PRIANGAN - Masalah lama yang tetap dibiarkan jadi dilema. Musim tanam datang, sejumlah petani yang tidak memiliki kartu tani kebingungan untuk memperoleh pupuk bersubsidi. Karena penyalur pupuk hanya menjual pupuk bersubsidi kepada pemilik kartu tani.
Sementara di lapangan masih sangat banyak petani yang belum terdaftar di RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dan tak memiliki kartu.
“Bingung mangkaning ayeuna geus usum melak. Bulak balik ka Kantor BPP teu jeujeuh keneh wae (Bingung, sekarang sudah musim tanam, pulang pergi ke Kantor Balai Pelatihan Pertanian belum tuntas juga),” ungkap Nana, petani dari Kelurahan Simpeureum, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka.
Baca Juga: Kendaraan Taktis GI-One, untuk Kebutuhan di Berbagai Medan, Dirancang oleh Pembuat Maung 4x4
Sudah puluhan tahun dia menjadi petani, namun kini tidak mendapatkan Kartu Tani dan baru mengetahui adanya kartu tani ketika dirinya akan membeli pupuk urea untuk tanaman palawijanya beberapa waktu.
“Ketika membeli pupuk harga mencapai Rp.7.000 per kg, saya kira awalnya naik ternyata pupuk nonsubsidi,” katanya. Atas saran tetangga dan pemilik kios pupuk, dia berupaya mendatangi Kantor BPP untuk mendapat kartu tani seperti tetangganya dan pemilik sawah lainnya.
Namun sudah lebih dari dua bulan kartu belum juga terbit, sementara musim tanam sudah tiba dan beberapa pekan ke depan tanaman padi menjelang pemupukan.
Baca Juga: Cek di kemnaker.go.id, BLT BSU BPJS Ketenagakerjaan Tahap 2 Cair Rp1,2 Juta
Jika harus membeli pupuk nonsubsidi selisih harganya sangat besar, sementara lahan sawahnya terbatas hanya seluas 125 bata saja. Sejatinya ini masalah lama, yang dibiarkan jadi dilema.