Pangandaran Masuk Zona Kuning, PHRI Berharap Pariwisata Kembali Menggelia

- 4 Juli 2020, 13:03 WIB
PETUGAS medis UPTD Labkesda Kan Pangandaran saat melakukan pemeriksaan Rapid Test dan Swab terhadap ratusan pelaku usaha wisata di Kab. Pangandaran tahap pertama beberapa waktu dan hasilnya no reaktif atau nol positif Covid-19.*/AGUS KUSNADI/KABAR PRIANGAN
PETUGAS medis UPTD Labkesda Kan Pangandaran saat melakukan pemeriksaan Rapid Test dan Swab terhadap ratusan pelaku usaha wisata di Kab. Pangandaran tahap pertama beberapa waktu dan hasilnya no reaktif atau nol positif Covid-19.*/AGUS KUSNADI/KABAR PRIANGAN /

"Karena kalo obyek wisata sudah dibuka terus ditutup, nanti akan sulit lagi untuk dibuka kembali," ujarnya kepada wartawan Kabar Priangan, Agus Kusnadi.

Perbedaan persepsi

Agus juga tidak menampik masih ada beberapa pelaku usaha wisata yang belum menggunakan masker, pasalnya menurut dia, dari hasil peninjauan di kawasan obyek wisata, ditemukan ada perbedaan persepsi.

"Saya tidak tahu apakah pemahamannya yang kurang baik atau bagaimana, jadi ketika obyek wisata dibuka itu dikiranya sudah bebas dari Covid-19. Harusnya justru protokol kesehatan lebih ditingkatkan oleh semua pelaku usaha wisata," ucap Agus.

Agus juga mengatakan dengan adanya penurunan level kewaspadaan dari zona biru ke zona kuning, dirinya berharap kepada pemerintah daerah untuk melakukan langkah-langkah preventif yang lebih kepada masyarakat supaya bisa memenuhi protokol kesehatan.

"Jadi ketika ada pelaksanaan Rapid Test atau Swab secara acak mudah-mudahan hasilnya bisa nol reaktif atau tidak ada yang positif Covid-19," harapnya.

Agus juga menyayangkan, masih ada pelaku usaha wisata bawa masker cuma digantung aja di leher, tidak di pakai, padahal menurut dia, tingkat kepatuhan dari para pelaku usaha wisata dalam melaksanakan protokol kesehatan bisa mempengaruhi dibuka atau ditutupnya kembali obyek wisata.

"Kalo mereka tidak patuh terhadap protokol kesehatan, pada evaluasi dua minggu setelah dibukanya obyek wisata itu bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk melanjutkan pembukaan obyek wisata yang ada di Kab Pangandaran," ungkapnya.

Menurut Agus, bahwa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) itu bukan berarti bebas, ada kebiasaan baru, misalnya pakai masker kebiasaan baru, cuci tangan pakai sabun itu jadi kebiasaan baru dan social distancing jadi kebiasaan baru.

"Nah pemahaman tersebut masih rendah sekali kesadaran akan kebiasaan baru tersebut. Jadi yang ada dipikiran nya tuh sudah bebas, justru akan lebih berbahaya kalo tida melaksanakan kebiasaan tadi, karena kita akan berhadapan dengan pengunjung wisata dengan jumlah yang banyak," paparnya.

Halaman:

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x