TikTok Mengalahkan Google sebagai Domain Nomor Wahid, Pertanda Netizen Sudah Tak Butuh Info Bermutu?

10 Januari 2022, 09:38 WIB
TikTok yang mengalahkan Google sebagai domain nomor wahid. /Reuters

ZONA PRIANGAN - Posisi Google sebagai domain nomor wahid yang telah dipegangnya selama 15 tahun akhirnya tumbang juga di tangan TikTok.

Jika sebelumnya orang banyak mengakses Google guna melakukan pencarian informasi. Kini, kebiasaan audiens telah bergeser, sekarang lebih banyak mengakses situs yang kontennya lebih ke entertainment alias hiburan.

Jadi wajar saja jika TikTok sukses untuk menurunkan raksasa teknologi asal Kota Mountain View itu untuk turun dari tampuk pimpinan.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Senin 10 Januari 2022: Secuil Pengaruh Irvan maka Andin Berubah Jadi Orang Lain bagi Aldebaran

"Supremasi Google sbg domain nomor wahid selama 15 tahun terakhir, akhirnya tumbang," tulis Kris Moerwanto di akun Instagram pribadinya @kris.moerwanto pada Sabtu, 8 Januari 2022.

"Secara mengejutkan TikTok berhasil menggusurnya," tambahnya.

Aplikasi yang dikembangkan oleh ByteDance itu telah menjelma menjadi website terpopuler dan menjadikannya sebagai platform dengan traffic terbanyak di dunia.

Baca Juga: Dunia Maya Membara Saat Disha Patani Muncul dengan Baju Renang, Begini Reaksi Tiger Shroff, sang Pacar

"TikTok skrg dinobatkan sbg website terpopuler. Sekaligus mnjd platform dg traffic terbanyak sedunia, versi Cloudflare," ujarnya.

"Aplikasi berbagi video besutan perusahaan Bytedance Cina itu, sekaligus mnjd situs dg engagement rate paling intens," katanya.

Traffic TikTok memang gila-gilaan, penggunanya yang telah tembus sebanyak satu miliar dan tersebar di 141 negara serta 39 bahasa.

Baca Juga: Wanita Usia 40 Diajak Kencan Pria 21 Tahun, Dia Tak Menyadari Jika Sang Wanita Cukup Usia untuk Jadi Ibunya

"Dlm sehari, semiliar pengguna aktif TikTok di 141 negara dg 39 bahasa (60%-nya perempuan), menghabiskan waktu rata2 52 menit," jelasnya.

"Tergusurnya Google memicu kegemparan.
Krn reputasi Google (yg identik sbg “sumber rujukan informasi terpercaya”), selama 15 thn nyaris tak tertandingi".

Menurut Kris Moerwanto, kekalahan Google sangat tragis, di mana raksasa mesin pencari itu kalah oleh perusahaan yang berdiri belum genap 5 tahun.

Baca Juga: Kucing Putih Ngamuk Gara-Gara Dipanggil 'Anak Pungut' oleh Majikannya, FYP di TikTok

"Tapi Google tumbang, justru oleh apps yg blm genap 5 thn, yg cenderung diremehkan, & tidak dianggap sbg ancaman langsung," ungkapnya.

"Yg selama ini dicatat sbg keunggulan Google, adalah aspek fact-checking. Kontennya terverifikasi.
Kriteria sumbernya berotoritas. Berbasis sistem rekomendasi ketat".

Lebih lanjut, Kris Moerwanto melihat TikTok sebagai aplikasi yang lebih mengedepankan sisi hiburannya daripada aspek konten yang terverifikasi.

Baca Juga: Pria Nebraska Lakukan Tes DNA di Rumah, Terungkap Hasil Mengejutkan Bahwa Dia Memiliki 18 Saudara Tiri

"Itu beda dg konten TikTok, yg lbh berorientasi skdr tontonan hiburan. Dari video nyanyi, joget2, komedi, prank, challenge, hingga tutorial dan resep masakan," kata Kris Moerwanto.

"Algoritma TikTok mmg lbh mementingkan kesesuaian thdp profil audiens. Mengutamakan relevansi konten thdp minat & preferensi pengguna," tambahnya.

Jadi, membandingkan Google dengan TikTok sama artinya dengan membandingkan algoritma pengontrol kualitas otoritas bersaing dengan platform yang lebih mementingkan asal platformnya rame, terlepas berkualitas atau tidak.

Baca Juga: Foto dan Saat-saat Terakhir Sinead O'Connor Bersama Putranya, Menunjukkan Shane (17) adalah Cahaya Hidupnya

"Pendeknya, membandingkan Google thdp TikTok, ibarat membandingkan algoritma pengontrol authority-quality, versus platform yg mementingkan “pokoknya rame”," ujarnya.

"Makanya, keberhasilan TikTok mengungguli Google, dianggap penanda penting:

Bahwa perilaku audiens dlm mencari dan mengonsumsi informasi, sdh berubah drastis.

Ada kesan, skrg audiens tdk peduli ttg authority, hierarchy, apalagi mutu informasi".

Baca Juga: Singa Laut Nyelonong Menyebrangi Jalan Raya San Diego yang Datang Beberapa Mil dari Garis Pantai Terdekat

"Walau receh, yg penting konten bs bikin terhibur".

"Ini mirip2 sikon yg digambarkan di buku The Death of Expertise.

Dimana audiens tdk lg merasa perlu merujuk kebenaran bermutu dari sumber berotoritas," ungkapnya.

Baca Juga: Mayat Bergelimpangan, 16 Orang Tewas dan 10 Terluka dalam Peristiwa Ledakan Gas di Distrik Wulong China

"Bhkn pendapat pakar pun ditolak.

Pokoknya, yg tdk sesuai keyakinannya, scr apriori diabaikan".

"Apakah keunggulan TikTok masih berlanjut selama 2022?
Bgmn dampak pergeseran preferensi & mutu sumber informasi yg makin berubah skrg?

Kita harus ikuti kelanjutannya," pungkasnya.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: Instagram Kris Moerwanto

Tags

Terkini

Terpopuler