ZONA PRIANGAN - Perlakuan China terhadap Muslim Uighur mendapat sorotan dunia, termasuk Amerika Serikat (AS).
AS menuduh China melakukan genosida berkelanjutan terhadap orang-orang Uighur.
Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, mengatakan tindakan China terhadap Muslim Uighur tidak bisa dibiarkan.
Baca Juga: UFO Tampakan Diri Sebanyak 10.015 Kali, Terekam CCTV Selama 40 Detik di Langit California
Baca Juga: Tiga Relawan Meninggal setelah Menerima Vaksin Covid-19, Dokter: Korban Tewas Tersambar Petir
Kebijakan Anthony Blinken itu meneruskan Menteri Luar Negeri era Donald Trump, Mike Pompeo yang cukup keras mengkritik China, soal Uighur.
AS mendapatkan data, bahwa warga Uighur dan Muslim lainnya dilaporkan menghadapi kelaparan, penyiksaan, dan pembunuhan.
Selain itu, kekerasan seksual, kerja paksa dan ekstraksi organ paksa di tempat yang disebut China sebagai kamp "pendidikan ulang".
Baca Juga: Tidak Kalah dari Mbak You, Ramalan The Simpsons Jadi Nyata, Kamala Haris Jadi Wapres AS
Baca Juga: Teori yang Aneh, Semua Akan Berubah Menjadi Kepiting Termasuk Manusia dan Alien
Dilaporkan juga, mantan tahanan mengklaim perempuan telah disterilkan secara paksa, demikian dikutip zonapriangan.com dari Guardian.
China berargumen bahwa militan Uighur melakukan kampanye kekerasan untuk negara merdeka dengan merencanakan kerusuhan sipil dan sabotase.
Sementara itu, sejumlah tokoh terkemuka di komunitas Yahudi Inggris memberikan dukungan moral terhadap Muslim Uighur.
Baca Juga: Tiga Tentara Kompi C dari Batalyon 1 Tewas, Bendera AS Dikibarkan Setengah Tiang
Baca Juga: Angka 4-26-42-50-60 Merupakan Nomor Keberuntungan Tahun 2021
Mereka memanfaatkan Hari Peringatan Holocaust pada 27 Januari untuk fokus pada penganiayaan terhadap Muslim Uighur.
Menurut mereka, orang Yahudi memiliki "otoritas moral dan kewajiban moral" untuk membela Muslim Uighur.
Para rabi, pemimpin komunitas, dan penyintas Holocaust telah berada di garis depan dalam upaya menekan pemerintah Inggris untuk mengambil sikap yang lebih kuat atas perlakuan brutal China terhadap Uighur.***