ZONA PRIANGAN - Sembilan warga negara Indonesia dan dua warga Nepal berhasil meloloskan diri dari pengepungan tentara Rusia di Chernihiv.
Mereka merupakan pekerja pabrik plastik di Chernihiv. Saking takutnya oleh serangan roket pasukan Kremlin, mereka sulit berbicara satu sama lain.
Mereka berusia 20 tahun-an, kecuali Iskandar yang dituakan berusia 46 tahun. Iskandar yang asal Binjai, Sumatera Utara bekerja di pabrik plastik Ukraina sejak 2017.
Di Chernihiv, Iskandar membawa anaknya bernama Aris Wahyudi berusia 23 tahun. Sehingga menambah kepanikan bapak empat anak itu.
"Saya sudah pasrah mati. Harapan hidup saya cuma 10 persen," kata Iskandar setelah berhasil melarikan diri.
Kepada Aljazeera, Iskandar menceritakan dia tahu Rusia menyerang Ukraina lewat saluran YouTube.
Chernihiv termasuk kota yang terdekat dari perbatasan Rusia, sehinga serangan tentara Moskow dengan cepat datang ke sana.
Ketika pasukan Rusia sudah masuk Chernihiv, bos pabrik plastik tempat Iskandar bekerja memerintahkan semua karyawan mematikan mesin.
Tidak ada yang bisa diperbuat oleh para karyawan pabrik plastik, bahkan untuk berbicara saja sangat sulit karena rasa takut.
Mereka akhirnya hanya bisa bersembunyi di bunker pabrik. Sementara suhu sudah mencapai -5 Celcius.
"Kami tiap hari mendengar suara ledakan dari roket yang ditembakkan tentara Rusia. Harapan hidup kami sangat kecil," ujar Iskandar.
Persediaan makanan di bungker mulai menipis. Demikian juga alat penghangat ruangan kurang maksimal.
Setelah beberapa hari tinggal di bunker, Iskandar dan pekerja pabrik lainnya memanfaatkan kelengahan pasukan Rusia.
Mereka menggunakan mobil menuju Kiev dibantu orang-orang Ukraina. Staf Kedubes Indonesia kemudian mengarahkan mereka ke Lviv dan menyeberang ke Polandia.
Dari Warsawa, Polandia mereka terbang ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke kampung halamannya di Binjai.***