Ketika pasukan Rusia sudah masuk Chernihiv, bos pabrik plastik tempat Iskandar bekerja memerintahkan semua karyawan mematikan mesin.
Tidak ada yang bisa diperbuat oleh para karyawan pabrik plastik, bahkan untuk berbicara saja sangat sulit karena rasa takut.
Mereka akhirnya hanya bisa bersembunyi di bunker pabrik. Sementara suhu sudah mencapai -5 Celcius.
"Kami tiap hari mendengar suara ledakan dari roket yang ditembakkan tentara Rusia. Harapan hidup kami sangat kecil," ujar Iskandar.
Persediaan makanan di bungker mulai menipis. Demikian juga alat penghangat ruangan kurang maksimal.
Setelah beberapa hari tinggal di bunker, Iskandar dan pekerja pabrik lainnya memanfaatkan kelengahan pasukan Rusia.
Mereka menggunakan mobil menuju Kiev dibantu orang-orang Ukraina. Staf Kedubes Indonesia kemudian mengarahkan mereka ke Lviv dan menyeberang ke Polandia.
Dari Warsawa, Polandia mereka terbang ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke kampung halamannya di Binjai.***