ZONA PRIANGAN - Pemimpin wilayah Ukraina Donetsk yang didukung oleh Rusia, pada Minggu, 12 Juni 2022 mengatakan tidak ada alasan untuk memberikan ampunan terhadap dua warga negara Inggris yang telah divonis hukuman mati pada pekan lalu setelah ditangkap oleh militer Rusia ketika mereka berperang untuk Ukraina.
Sebuah pengadilan di Republik Rakyat Donetsk memproklamirkan diri pada hari Kamis telah menyatakan bahwa Aiden Aslin dan Shaun Pinner serta seorang warga negara Maroko Brahim Saadoun bersalah atas kegiatan mereka sebagai tentara bayaran yang berusaha untuk menggulingkan republik.
Sementara pemerintah Inggris mengatakan Aslin dan Pinner adalah tentara reguler dan harus dibebaskan menurut Konvensi Jenewa dari tuntutan karena berpartisipasi dalam permusuhan. Sedangkan menurut separatis pro-Rusia yang menguasai Donetsk mengatakan ketiganya telah melakukan kejahatan berat dan mereka memberikan waktu selama satu bulan untuk mengajukan banding.
Baca Juga: Tentara Ukraina Terdesak, Pasukan Rusia Menghancurkan Avdiivka, Novopavlivska, dan Zaporizhzhia
"Saya tidak melihat alasan, prasyarat, bagi saya untuk keluar dengan keputusan grasi seperti itu," kata Denis Pushilin, pemimpin republik yang memisahkan diri itu, seperti dikutip oleh kantor berita Rusia.
Donetsk dan Luhansk adalah dua entitas yang memisahkan diri dari Ukraina dan mendapat dukungan dari Rusia di wilayah Donbas di Ukraina timur, yang menurut Rusia sedang berjuang untuk disingkirkan sepenuhnya dari kendali Kyiv.
Tiga hari sebelum meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Presiden Vladimir Putin mengakui mereka sebagai negara merdeka, sebuah langkah yang dikutuk oleh Ukraina dan Barat sebagai tindakan ilegal.
Pihak keluarga Aslin sendiri membantah keterlibatan Aslin dan Pinner sebagai tentara bayaran.