ZONA PRIANGAN - Rencana pemerintahan Biden untuk menjual empat drone berukuran besar yang dapat dipersenjatai ke Ukraina telah dihentikan karena khawatir peralatan pengawasan canggihnya dapat jatuh ke tangan musuh, menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut.
Keberatan teknis atas penjualan itu diangkat selama tinjauan lebih dalam oleh Administrasi Keamanan Teknologi Pertahanan Pentagon yang ditugaskan untuk menjaga teknologi bernilai tinggi tetap aman dari tangan musuh. Sebelumnya rencana yang beredar sejak Maret lalu itu telah disetujui oleh Gedung Putih, kata tiga orang.
Rencana untuk menjual empat drone MQ-1C Grey Eagle ke Ukraina yang dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire untuk digunakan di medan perang melawan Rusia pertama kali dilaporkan oleh Reuters pada awal Juni.
Baca Juga: Zelensky Mengunjungi Lokasi Pertempuran Saat Perang Berkecamuk di Jalan Raya Utama Donbas
Keberatan atas ekspor drone tersebut muncul karena kekhawatiran teknologi radar dan peralatan pengawasan yang disematkan pada drone dapat menimbulkan risiko keamanan bagi Amerika Serikat jika drone tersebut jatuh ke tangan Rusia.
Sumber mengatakan pertimbangan ini telah diabaikan dalam tinjauan awal tetapi muncul dalam pertemuan yang diadakan di Pentagon pada akhir pekan lalu.
“Peninjauan keamanan teknologi adalah praktik standar untuk transfer artikel pertahanan AS ke semua mitra internasional. Semua kasus ditinjau secara individual berdasarkan kemampuannya sendiri. Melalui proses yang ditetapkan, masalah keamanan nasional diangkat ke otoritas yang menyetujui yang sesuai,” kata juru bicara Pentagon Sue Gough, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.
Keputusan tentang apakah akan melanjutkan kesepakatan atau tidak, sekarang tengah ditinjau di tingkat yang lebih tinggi di rantai komando di Pentagon, tetapi keputusan apa pun tidak pasti, kata salah seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya.
Salah satu solusi untuk memuluskan penjualan drone canggih itu dengan jalan menukar paket radar dan sensor dengan teknologi yang kurang canggih, tetapi itu bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.
Jika kasus penjualan drone dibiarkan berlanjut, Kongres akan diberi kesempatan untuk memblokirnya, meskipun itu dianggap tidak mungkin.
Empat drone Gray Eagle buatan General Atomics awalnya dijadwalkan untuk dikirim ke Angkatan Darat AS.
Menurut dokumen anggaran Angkatan Darat, Grey Eagles masing-masing dibanderol seharga $ 10 juta atau sekitar Rp148,3 miliar.***