Duch, Kepala Eksekusi Khmer Merah, Meninggal Dunia di Kamboja

- 2 September 2020, 18:00 WIB
Kamerad Duch tengah menjalani hukuman seumur hidup ketika dia meninggal.*/Eccc Handout/EPA
Kamerad Duch tengah menjalani hukuman seumur hidup ketika dia meninggal.*/Eccc Handout/EPA /

ZONA PRIANGAN - Kepala sipir penjara rezim Khmer Merah Kamboja, yang dikenal sebagai Kamerad Duch, yang mengawasi pembunuhan massal sekurangnya 14.000 warga Kamboja di penjara Tuol Sleng, telah meninggal dunia.

Duch, yang sudah berusia 77 tahun dan sakit-sakitan, meninggal di sebuah rumah sakit di Phnom Penh pada Rabu 2 September 2020

Pada 2010, sang komandan ini merupakan sosok Khmer Merah pertama yang dimintai pertanggungjawabannya oleh pengadilan karena melakukan kekejaman di bawah rezim ultra-komunis, yang telah membunuh sekitar 1,7 juta orang, seperempat dari populasi Kamboja, antara 1975 dan 1979.

Baca Juga: Di Cafe Pandemi, Rp 2.000 per porsi, Silakan Makan di Tempat

Kematiannya merupakan sebuah peringatan bahwa proses pengadilan akan menjadi lebih lama dan sulit, kata Youk Chhang, direktur Pusat Dokumentasi Kamboja, yang melakukan riset mengenai rezim Khmer Merah.

“Barangkali ini bisa membawa kepuasan kepada yang masih hidup, dan yang kini sudah di alam baka,” komentarnya, seperti dikutip theguardian.com, belum lama ini.

Sebagai kepala penjara Tuol Sleng, Duch memimpin penyiksaan dan eksekusi ribuan pria, wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Catut Nama Bupati Sumedang untuk Dapat Anggaran, Seorang Pimpinan DPRD Dilaporkan ke Kejari

Para korban dipaksa untuk memberikan pengakuan secara rinci atas ketidaksetiaannya pada rezim saat itu, dan ini berdampak pada teman-teman dan keluarganya.

Mereka kemudian digiring ke ladang pembantaian di Choeung Ek, di mana mereka dipukul pakai gada sampai mati. Para korban kadang dipaksa untuk menggali dulu kuburannya sendiri.

Duch, yang bernama aslinya Kaing Guek Eav dihukum seumur hidup arena kejahatan melawan kemanusiaan pada 2010.

Baca Juga: Tragis! Petani di Majalengka Menjerit, Harga Sayuran Turun Drastis

Pada pemeriksaan pengadilan ia mengekspresikan penyesalan atas kejahatannya, walaupun penyesalannya masih dipertanyakan.

Pada 2009, dia mengakui pada pengadilan: “Saya semata-mata dan secara individual bertanggung jawab atas hilangnya nyawa sekurangnya 12.380 orang.

”Namun beberapa hari kemudian, dia meminta pembebasan, yang membuat marah para keluarga korban.***

 

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah