Bangun Destinasi Wisata Super Prioritas yang Berkelanjutan Lewat Pengurangan Sampah Berwawasan Lingkungan

8 Maret 2022, 22:18 WIB
Pengunjung berada di dekat sampah makanan dan minuman yang ditinggalkan di Pantai Kampung Nelayan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 6 Maret 2022. Perilaku membuang sampah sembarangan saat berwisata tersebut berpotensi menambah timbulan sampah khususnya sampah plastik di laut. /ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/

ZONA PRIANGAN - Indonesia telah menjadi tujuan destinasi pariwisata dunia dengan berbagai daerah wisata unggulan yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Tapi di sisi lain, dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan di berbagai kawasan destinasi wisata tersebut juga makin meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan.

Sayangnya, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) di tahun 2018, tingkat kepedulian masyarakat terkait pengelolaan sampah hanya mencapai 28%.

Baca Juga: NASA Menawarkan Nama Anda Bisa Terbang Mengelilingi Bulan, Caranya Sangat Gampang

Destinasi wisata di Indonesia juga sebagian besar tersebar di daerah kepulauan sehingga dibutuhkan upaya yang lebih untuk membangun ekosistem dan infrastruktur pengelolaan sampah dan hal ini hendaknya menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan.

Masih rendahnya program dan infrastruktur pengelolaan sampah di kawasan wisata ini dapat berpotensi berimplikasi terhadap meningkatnya emisi karbon di lingkungan yang berkontribusi terhadap isu pemanasan global.

Sebagai bagian dari rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia bersama dengan Danone-Aqua mengadakan webinar yang bertajuk "Membangun Destinasti Wisata Super Prioritas yang Berkelanjutan Melalui Pengurangan Sampah Berwawasan Lingkungan".

Baca Juga: Pasangan Ini Naik ke Mercusuar St Mary dan Lupa Waktu, Mereka Terjebak Malam Hari Karena Pintu Terkunci

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Alue Dohong, mengatakan bahwa sampah menjadi salah satu sumber yang menyebabkan kondisi lingkungan menjadi menurun kualitasnya, bukan hanya secara estetika, tetapi lebih penting lagi, karena sampah merupakan salah satu sektor sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang berbahaya bagi kerusakan atmosfir yang akan memberikan dampak buruk pada kehidupan masyarakat.

"Dalam hal ini, pemerintah berperan penting dalam penerapan peraturan pengelolaan sampah berbasis kawasan, termasuk di antaranya kawasan wisata," kata Alue dalam sambutannya.

Lebih lanjut Aleu menjelaskan, sejalan dengan tema Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tahun 2022 yaitu kelola sampah, turunkan emisi, bangun proklim, kawasan wisata hendaknya menjadi salah satu ekosistem yang perlu diperhatikan upaya berkelanjutan dalam pengelolaan sampahnya.

Baca Juga: Faktor Ini yang Membuat Indonesia Dinobatkan Sebagai Negara Terindah Mengalahkan Selandia Baru

"Penanganan dan pengelolaan sampah untuk turunkan emisi GRK harus melibatkan seluruh komponen masyarakat yang meliputi pemerintah baik pusat dan daerah, akademisi, aktivis, komunitas, dunia usaha, asosiasi profesional dan bahkan individual," ujarnya.

Selain itu, menurut Alue, industri daur ulang dapat berperan besar dalam proses pengurangan sampah sehingga sampah di kawasan wisata dapat dikumpulkan lalu di daur ulang menjadi produk yang lebih bermanfaat.

"Bank Sampah dan pengepul sampah adalah ujung tombak dalam pengumpulan sampah, selain sebagai sarana pengumpulan sampah juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampahnya," ujarnya.

Baca Juga: Desa Hantu yang Hilang 30 Tahun Lalu Muncul Kembali, Sejumlah Turis Spanyol Penasaran untuk Selfie

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan bahwa perlu adanya keseimbangan antara sosial budaya, ekonomi dan lingkungan, dimana salah satunya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab sehingga menciptakan alam yang bersih, indah dan nyaman sebagai modal industri pariwisata Indonesia.

"KLHK juga melakukan aksi nyata secara masif melalui komunikasi informasi dan edukasi kepada seluruh elemen masyarakat untuk melakukan pilah sampah di sumber, gerakan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, pendampingan dan peningkatan kapasitas bagi pemerintah daerah serta bermitra dengan berbagai pihak seperti acara hari ini," ungkapnya.

Sementara itu VP General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugianto, memaparkan bahwa melalui kerangka program #BijakBerplastik yang telah dilakukan Danone-Aqua sejak 2018, mereka terus melakukan berbagai usaha konkrit dalam pengelolaan sampah plastik, sesuai dengan tiga pilar utama #BijakBerplastik yaitu pengumpulan, edukasi, dan inovasi.

Baca Juga: Turis Panik dan Bingung Ketika Disuruh Turun di Bahama Gegara 2 Kapal Pesiar Belum Bayar Utang Bahan Bakar

"Tak bisa dipungkiri bahwa kawasan wisata menjadi salah satu sektor yang harus mendapatkan perhatian khusus. Pengumpulan sampah yang sistematis dan terintegrasi telah kami mulai di lima kawasan destinasi wisata prioritas yaitu Labuan Bajo, Mandalika, Toba, Likupang dan Borobudur," ucapnya.

Usaha ini, lanjut Vera, melibatkan kerjasama dengan multi pihak sehingga dapat mengurangi sampah ke laut, meminimalkan emisi GRK, dan memberikan nilai tambah terhadap sampah tersebut untuk menjadi produk yang lebih bermanfaat.

"Perusahaan kami telah menjadi pionir dalam program daur ulang dan pengumpulan kemasan plastik bekas melalui Program Aqua Peduli (Pengelolaan Daur Ulang Limbah) sejak tahun 1993. Selain itu, kita juga memelopori inovasi kemasan ramah lingkungan dengan memperkenalkan produk kemasan galon yang bisa digunakan kembali sejak 1983 yang membuat 70% bisnisnya hingga saat ini telah sepenuhnya sirkular," paparnya.

Baca Juga: Big Ben Tampil Lebih Cerah dan Berani Makin Memperindah Istana Westminster, Biaya Renovasi Rp1,57 Triliun

Gerakan #BijakBerplastik, jelas Vera, merupakan wujud komitmen yang berkelanjutan dalam hal partisipasi perusahaan untuk mengelola sampah plastik sekaligus menciptakan model ekonomi sirkular yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi komunitas yang terlibat.

Vera pun mengatakan, ekosistem pengelolaan sampah di kawasan destinasi wisata unggulan ini dibangun dengan keterlibatan multi pihak. Mulai dari peran pemerintah daerah yang mengelola kawasan wisata, peran penting petugas kebersihan dan juga pemulung dalam melakukan proses pengumpulan sampah, kontribusi bank sampah yang melakukan penerimaan dan sortir botol PET, dan pada akhirnya diproses kembali oleh Veolia.

"Kami selalu mengawal, memberikan pendampingan, dan edukasi dalam setiap prosesnya sehingga memastikan konsep sirkular selalu dapat terlaksana dengan baik. Kami juga memastikan bahwa sampah yang terkumpul akan dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali seluruhnya sehingga tidak ada yang terbuang ke lingkungan atau berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)," jelasnya.

Baca Juga: Pantai yang Menjadi Lokasi Film Leonardo DiCaprio The Beach Sempat Ditutup Karena Kelebihan Turis

Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menjelaskan bahwa tujuan utama mereka dalam inisiatif ini adalah meningkatkan jumlah plastik yang terkumpul di wilayah kawasan wisata melalui pengembangan bank sampah induk dan juga collection center yang tersebar di lima wilayah pariwisata unggulan tersebut.

"Hal ini sejalan dengan target kami yaitu mengumpulkan sampah plastik lebih banyak dari yang produk kami gunakan di tahun 2025," ujarnya.

"Setiap kawasan wisata tentu memerlukan pendampingan yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Dalam memastikan tujuan perusahaan kami untuk secara konsisten menerapkan konsep sirkular, kami bermitra dengan Veolia yang memastikan semua sampah kemasan plastik yang telah melalui proses pengumpulan di kawasan wisata dapat diolah dengan standar yang sudah ditetapkan menjadi material rPET (recycle PET) sebagai bahan baku botol plastik baru," paparnya.

Baca Juga: Cappadocia Jadi Destinasi Favorit, Turis Bisa Menikmati Balon Terbang Melihat Keindahan Turki

Pada akhirnya, lanjut Karyanto, mereka juga percaya bahwa edukasi yang menyeluruh kepada mitra maupun langsung kepada pengunjung kawasan wisata akan memberikan dampak yang positif untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga tujuan untuk Indonesia yang lebih bersih dan maju dapat tercapai.

Dalam kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan dua Pemerintah Daerah di wilayah pariwisata unggulan yaitu Dinas Lingkungan Hidup Minahasa Utara dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Toba dengan Danone-Aqua.

Direktur Pengurangan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sinta Saptarina Soemiarno, mengatakan bahwa mereka berharap acara webinar serta penandatanganan MoU antara Danone-Aqua dan Pemerintah Daerah menjadi langkah konkrit suatu “best practise” sebagai perwujudan sinergi kemitraan yang baik antara pelaku usaha, pemerintah, dan pihak lainnya dalam mengumpulkan kembali sampah yang dihasilkan, khususnya di Kawasan Wisata.

"Aksi nyata kolaboratif ini, diharapkan dapat diikuti dan direplikasi di berbagai tempat, sehingga ‘kawasan wisata bersih sampah’ dapat terwujud sekaligus memenuhi komitmen dunia dalam upaya penanggulangan dampak perubahan iklim," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler