Awalnya, para pejabat menggunakan sepasang boneka yang lebih murah dalam pameran bulan Juni 2017, dengan biaya sewa sekitar 180 dolar AS, seperti yang dinyatakan dalam laporan Mainichi Shimbun.
Namun, pada bulan Juli di tahun yang sama, seorang pejabat pria yang tidak disebutkan identitasnya memutuskan untuk mengganti manekin tersebut dengan boneka seks.
Baca Juga: Sultan Ibrahim yang Gemar Berkendara dengan Harley-Davidson Dilantik Menjadi Raja Baru Malaysia
Setelah itu, dia melanjutkan untuk membeli boneka seks tersebut, menganggapnya sebagai penarik perhatian pengunjung untuk pameran, menurut laporan audit atas insiden tersebut yang diperoleh Mainichi Shimbun.
Keputusan untuk beralih dari manekin ke boneka seks telah menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan pilihan tersebut dalam mempromosikan seni tradisional dan penggunaan dana publik untuk tujuan tersebut.
Baca Juga: Kamera Besar Seukuran Mobil Seharga 800 Juta USD akan Dipakai untuk Memotret Alam Semesta
Menurut Mainichi Shimbun, para auditor menyimpulkan bahwa penggunaan boneka tersebut "sangat tidak pantas dari segi norma sosial" dan "melanggar hukum keuangan lokal", dan mendesak prefektur untuk mempertimbangkan untuk meminta kompensasi dari para pejabat yang terlibat paling lambat 19 Juni.
Gubernur Masazumi Gotoda mengeluarkan komentar yang menyatakan, "Meskipun ini adalah kasus dari masa sebelum masa jabatan saya sebagai gubernur, sebagai sosok yang bertanggung jawab atas pengangkatan, saya akan menanggapi hasil audit dengan serius dan menanganinya dengan cara yang ketat." katanya.***