Bahaya Susu Kental Manis yang di Seduh, Pakar: Tingkatkan Risiko Diabetes, Obesitas, Gizi Buruk dan Stunting

12 Oktober 2021, 07:43 WIB
Ilustrasi susu kental manis (SKM). Bahaya Susu Kental Manis yang di Seduh, Pakar: Tingkatkan risiko diabetes, obesitas, gizi buruk dan stunting. /Pixabay/The Ujulala/

ZONA PRIANGAN - Kembali produk susu kental manis (SKM) menjadi perbincangan hangat belakangan ini.

Usut punya usut produk yang seharusnya hanya digunakan sebagai topping atau bahan tambahan dalam makanan ini ternyata masih banyak dikonsumsi menjadi minuman susu utama untuk anak-anak, bahkan bayi.

Koordinator Kelompok Subtansi Standardisasi Bahan Baku, Kategori, Informasi dan Harmonisasi Pangan Olahan, Yeni Restiani dalam dialog radio beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa regulasi telah mengatur penggunaan susu kental manis hanya untuk topping bukan untuk diseduh.

Baca Juga: Polisi Umumkan Penemuan Kolam Renang Dipenuhi Ikan Hiu, Netizen Mengira Itu Bercanda

"Kami sudah menuangkan dalam regulasi peraturan badan POM nomor 31 tahun 2018 tentang label pangan olahan jadi memang ditegaskan pula bahwa penggunaan yang benar itu digunakan sebagai topping misalnya untuk martabak, campuran kopi, coklat, dan lain-lain," katanya.

Menurut Yeni, mengkonsumsi susu kental manis dengan cara diseduh ternyata bisa meningkatkan risiko diabetes hingga obesitas.

"Pada anak-anak terlebih lagi bayi dibawah 1 tahun, konsumsi susu kental manis dapat mengakibatkan gangguan gizi dan tumbuh kembang anak. Dalam kondisi yang lebih parah, anak dapat mengalami gizi buruk dan stunting," paparnya.

Baca Juga: Tiga Marinir Mencuri Tas Ransel Terekam CCTV, Mereka Memiliki Kekebalan Hukum

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Inge Permadhi, menjelaskan alasan dibalik larangan menyeduh susu kental manis. Menurutnya, kandungan gula dalam susu kental manis tergolong cukup tinggi untuk dikonsumsi.

"Padahal, saat dikonsumsi dengan cara diseduh, jumlah susu kental manis yang digunakan cenderung dalam jumlah banyak jika tak ingin terasa hambar," katanya.

Inge menambahkan, menyeduh susu kental manis dapat mengakibatkan masyarakat berasumsi minuman ini adalah susu dan memiliki kandungan gizi yang baik untuk anak. Hal ini berbeda halnya jika susu kental manis digunakan sebagai topping untuk dikonsumsi bersama makanan lain.

Baca Juga: Ancaman Serangan Nuklir China Kepada Amerika Serikat Bisa Memicu Perang Dunia

"Bisa dicek di tabel gizi yang ada di kemasan susu kental manis. Berapa kandungan proteinnya?, coba dibandingkan dengan produk susu sebenarnya. Biasanya jauh lebih sedikit," ungkapnya.

Senada dengan hal itu, dokter spesialis anak di RSIA Kemang Medical Care di Jakarta Selatan, dr. Ranti Astria Hannah, mengatakan penggunaan kata-kata susu dalam susu kental manis telah menyebabkan kesalahan persepsi masyarakat.

"Takutnya di salah artikan oleh publik, di anggap susu kental manis adalah susu (minuman yang di jadikan bahan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, dan kalsium) terutama untuk anak-anak. Kenyataannya susu kental manis memang berasal dari sapi yang sudah di padatkan dan juga di tambah gula, sehingga kandungan protein lebih sedikit, tapi kandungan gula lebih banyak, oleh karenanya susu kental manis tidak bisa di anggap/ di sebut sebagai susu," ujarnya.

Baca Juga: China Akan Mendominasi Masa Depan Dunia, Mengendalikan Segalanya Mulai dari Narasi Media hingga Geopolitik

Ranti pun menganjurkan, jika ingin mengkonsumsi susu kental manis di sarankan sebagai pelengkap dari makanan, misalnya pada kue, roti, es campur yang di konsumsi tidak setiap hari dan tidak di konsumsi atau di jadikan sumber sebagai sumber utama.

"Efek buruk jika mengkonsumsi susu kental manis sehari-hari dengan takaran 1-2 gelas bagi anak-anak, nantinya terjadi meningkatkan resiko penyakit seperti Diabetes Melitus walaupun terjadinya setelah ia dewasa, dan bayi kekurangan protein dalam waktu lama akan terjadi kondisi anak yang pendek (tinggi tidak sesuai seharusnya) karena kekurangan gizi dan protein," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler