Jumlah Sperma Secara Global Turun 1 Persen Setiap Tahun, Kanker Testis Sebagai Penyebabnya

16 November 2022, 22:02 WIB
Ada penurunan jumlah sperma secara global.* /BCCL /

ZONA PRIANGAN – Penelitian baru-baru ini oleh sebuah tim internasional telah menunjukkan kekhawatiran utama bagi kaum pria di seluruh dunia. Menurut studi tersebut, ada penurunan yang signifikan dalam jumlah sperma secara global.

Terlepas dari sebuah indikator kesuburan manusia, sperma juga menunjukan kualitas kesehatan manusia.

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa jumlah rendah ini diasosiasikan dengan meningkatnya risiko penyakit kronis, kanker testis dan menurunnya rentang hidup.

Baca Juga: Kejadian di Kharkiv, Tentara Kremlin Secara Brutal Perkosa Tiga Gadis Kembar, Ibunya Dipaksa untuk Menonton

"Menurunnya dalam konsentrasi sperma pria dan jumlah total sperma lebih dari 1 persen per tahun seperti dilaporkan dalam kertas kerja kita,” kata Shanna Swan, profesor di sekolah pengobatan berbasis AS kepada PTI.

"Konsisten dengan tren merugikan pada kesehatan pria lainnya, seperti kanker testis, gangguan hormonal, dan cacat kelamin saat lahir, selain menurunnya kesehatan reproduksi wanita,” ujar Shanna Swan.

Permasalahan ini mencuat oleh laporan bayangan di masa depan, di mana bertahannya spesies manusia mungkin akan sedikit terganggu. Informasi ini dipublikasikan baru-baru ini, menggunakan data dari 53 negara.

Baca Juga: Prajurit Tatarstan Ajak 3 Tentara Rusia Perkosa Gadis Ukraina Secara Bergiliran, Kini Identitasnya Terungkap

Dipertimbangkan juga data tambahan dari 2011 hingga 2018 dengan fokus pada tren jumlah sperma di antara pria di kawasan yang tidak direviu sebelumnya, khususnya Amerika Selatan, Asia dan Afrika.

Dari statistik yang tersedia memperlihatkan bahwa pria di kawasan tersebut telah mengalami sebuah penurunan dalam jumlah sperma total (TSC) dan konsentrasi sperma (SC).

Kecenderungan ini terlihat sebelumnya di Amerika Utara, Eropa dan Australia, dan studi ini memperlihatkan sebuah percepatan setelah penurunan pada 2000 dalam TSC dan SC secara global.

Baca Juga: Mencukur Bulu Kemaluan dan Cabut Bulu Ketiak Jangan Lebih dari 40 Hari, Ini Penjelasannya

Menurut Profesor Hagai Levine dari Universitas Hebrew Israel, studi ini tidak menaksir penyebab penurunan ini.

Tetapi ia menunjuk pada riset belum lama ini, yang mengindikasikan bahwa gangguan dalam pengembangan reproduktif selama hidup janin bertautan dengan rusaknya kesuburan dan disfungsi reproduksi lainnya.

"Tambahan pula, pilihan gaya hidup dan zat-zat kimia di lingkungan berdampak buruk dalam berkembangnya janin ini,” jelas Levine.

Baca Juga: Sehabis Kencing Jangan Lupa Berdehem Tiga Kali, Ini Penjelasannya

Sebuah penelitian pada 2021 terungkap bahwa infeksi SARS CoV-2 bisa merusak kualitas sperma dan menurunkan kesuburan pada para pria.

Para peneliti menemukan bahwa virus corona telah menyebabkan meningkatnya kematian sel sperma, peradangan dan stres oksidatif.

Menurut studi ini, reseptor yang digunakan oleh virus tersebut untuk mengakses jaringan paru-paru juga ditemukan dalam testikel.

Baca Juga: Bersin Bukan Sekadar Tanda Mau Pilek tapi Bukti Tubuh Masih Sehat, Ucapkanlah Alhamdulillah

Di tahun yang sama, Shanna Swan mempublikasikan sebuah buku berjudul Countdown. Dia mengeksplorasi kecepatan penurunan ini berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan pengerutan alat kelamin dalam buku ini.

“Bahan-bahan kimia di lingkungan kita dan praktek gaya hidup tidak sehat di dunia modern merupakan gangguan keseimbangan hormon kita, menyebabkan berbagai derajat kerusakan reproduksi,” tulisnya dalam bukut tersebut.

Penelitiannya mengungkap bahwa zat-zat kimia dan polusi tidak hanya secara dramatis menurukan kualitas semen tetapi juga memperkecil ukuran penis dan volume testis.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: PTI

Tags

Terkini

Terpopuler