ZONA PRIANGAN - Armada kapal China yang dipimpin Kapal Induk Shandong mendekati Taiwan, selain memberi tekanan kepada Taipei, juga mengancam Amerika Serikat (AS).
China memperingatkan AS tidak ikut campur terkait Taiwan. Negeri Komunis iut akan memberikan pembalasan yang mengerikan jika AS terus mengusik Taiwan.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Taiwan mengatakan armada China, yang dipimpin oleh Kapal Induk Shandong, melewati Selat Bashi - yang memisahkan Taiwan dari Filipina.
Rombongan kemudian masuk ke perairan di tenggara Taiwan dalam keadaan siap bertempur dengan siapa pun yang menghalangi misinya.
Dikatakan kapal-kapal itu pergi untuk pelatihan di Pasifik Barat, dan bahwa angkatan laut dan udara Taiwan serta sistem radar berbasis darat memantau pergerakan mereka dengan cermat.
Kemenhan Taipei mengatakan: "Komunis China terus mengirim pesawat dan kapal untuk merambah laut dan wilayah udara di sekitar Taiwan."
“Selain menimbulkan ancaman besar bagi keamanan nasional kita, itu juga menghancurkan status quo keamanan dan stabilitas kawasan. Tindakan semacam itu sama sekali bukan tindakan negara modern yang bertanggung jawab,” bunyi pernyataan Kemenhan Taiwan.
Satu foto yang disediakan oleh Kemenhana Taiwan menunjukkan gambar hitam putih dari kapal induk yang diambil dari udara.
Sementara foto yang lain menunjukkan seorang pelaut Taiwan melihat ke Shandong dan kapal tak dikenal lainnya di kejauhan.
Baca Juga: Misteri Keturunan Alien, Dua Bocah Berkulit Hijau Ditemukan di Desa Woolpit, Inggris
China belum mengomentari kelompok pengangkut itu, yang kemunculannya juga bertepatan dengan kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Beijing.
Dikutip The Sun, pada bulan Maret tahun lalu, Shandong berlayar melalui Selat Taiwan, hanya beberapa jam sebelum Presiden China dan AS dijadwalkan untuk berbicara.
Kemenhan Taiwan, dalam pernyataannya tentang misi terbaru Shandong di dekat pulau itu, mengatakan bahwa "tekanan eksternal tidak akan menghalangi tekad kami untuk terjun ke dunia".
Militer negara itu akan terus memantau dengan cermat situasi di Selat Taiwan, dan menjunjung tinggi prinsip "tidak meningkatkan konflik, tidak menimbulkan perselisihan" untuk menghadapi tantangan apa pun.***