Laporan 28 Halaman dari China Berisi 'Saya Tidak Bisa Bernafas' di Amerika Serikat

- 25 Maret 2021, 20:06 WIB
Mural George Floyd.*
Mural George Floyd.* /Associated Press /Ringo H.W. Chiu

ZONA PRIANGAN - Setelah diserang dengan tuduhan melakukan genosida terhadap etnit Muslim Uighur, China kini balik mencap Amerika Serikat sebagai negara rasisme.

Kabinet China memberi judul "Saya Tidak Bisa Bernafas" dalam laporan tahunan setebal 28 halaman, menunjuk rasisme Amerika Serikat (AS).

Laporan tersebut jelas menyindir kasus George Floyd, orang Amerika berkulit hitam yang tewas oleh polisi kulit putih.

Baca Juga: China Bangun Bendungan di Tibet, Warga Protes Karena Lokasi Itu Tempat Menghormati Dewi Dorje Phagmo

Baca Juga: China Akan Bangun Kota di Papua Nugini, Dicurigai Sebagai Pangkalan Angkatan Laut

Dokumen yang dirilis oleh Kantor Informasi Dewan Negara China itu mengungkap, banyak terjadi konflik di AS yang melibatkan antar etnis.

Secara tidak langsung China pun menyebut, AS tidak mampu menangani serangan pemberontak di Gedung Capitol.

"Apa yang terjadi di Capitol Hill mengungkapkan kelemahan demokrasi AS," kata Chang Jian, direktur pusat studi hak asasi manusia di Universitas Nankai di Tianjin, China, pada konferensi pers pemerintah.

Baca Juga: Zombie Ditemukan di Pedesaan Australia, Peneliti Lakukan Penyelidikan

Baca Juga: Seorang Nelayan Tak Sengaja Menangkap Monster Laut kemudian Melepaskannya Lagi

Dikutip dari ABC News, China menilai, kedua partai yang ada di AS hanya melakukan apa saja demi kepentingan sendiri

Menurut China Partai Republik dan Partai Demokrat akan menghasut perpecahan dan kekerasan di antara orang-orang.

"Jadi dapatkah masyarakat AS terus berkembang di bawah sistem demokrasinya saat ini? Saya akan memberi tanda tanya di atasnya," kata Chang Jian.

Baca Juga: Kejadian di Indonesia, Ada Bayi Hiu Wajahnya Mirip Muka Manusia

Baca Juga: Banjir Setinggi Enam Meter, Ribuan Ternak Hanyut dan Dua Orang Tewas

China mengeluarkan laporan itu setiap tahun sebagai tanggapan atas kritik AS atas catatannya tentang masalah-masalah hak asasi manusia.

Seperti pelanggaran terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang dan Tibet serta tindakan keras terhadap suara-suara oposisi di Hong Kong.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: ABC News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x