ZONA PRIANGAN - Perusahaan farmasi dan perawatan kesehatan global Amerika Viatris, pemilik merek pil disfungsi ereksi, telah menghentikan pasokan ke Rusia, kata Kementerian Perindustrian dan Perdagangan negara itu.
Rusia diberitahu tentang keputusan perusahaan farmasi untuk menangguhkan pasokan tahun lalu, menyusul invasi ke Ukraina, kata laporan.
"Viatris LLC memberi tahu kami tentang penangguhan pasokan obat Viagra dalam bentuk sediaan tablet," kata Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia.
Baca Juga: Rusia Ancam NATO dengan Menerbangkan Dua Pesawat Pembom Nuklir Supersonik di atas Laut Norwegia
Kementerian Rusia segera berjanji untuk memastikan pembuatan obat dalam negeri untuk pria negara itu dengan 'bahan aktif' yang sama, menekankan bahwa ini sudah berlangsung.
Kementerian kesehatan Rusia juga mengklaim apotek tidak kehabisan stok pil, lapor Dailymail, 15 Februari 2023.
Menjelang larangan Viagra, perusahaan Rusia yang membuat obat khusus pria dengan sildenafil - nama pil yang tidak bermerek - telah meningkatkan produksi sebesar 11 persen antara Januari dan September 2022, lapor Interfax.
Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Kamis 16 Februari 2023: Situasi Rumit, Al Jatuh Simpati kepada Istri Simpanan Permadi
Penjualan obat disfungsi ereksi pada periode yang sama meningkat 15 persen.
Kantor berita Rusia Tass melaporkan bahwa 36 perusahaan di Rusia saat ini memiliki sekitar 49 sertifikat pendaftaran untuk pembuatan obat sildenafil dalam negeri.
Sebuah komentar atas berita tentang pasokan yang ditangguhkan berbunyi: 'Ini adalah pukulan di bawah ikat pinggang dari Barat terhadap Putin dan orang-orang Rusia.'
Dalam laporan triwulanan di bulan September, Viatris mengatakan: 'konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina tidak berdampak material pada bisnis kami karena total pendapatan gabungan untuk kedua negara kira-kira satu persen dari total pendapatan konsolidasi'.
Tetapi perusahaan mengakui 'kontrol perdagangan, sanksi, tantangan rantai pasokan dan kepegawaian serta pertimbangan ekonomi lainnya yang terkait dengan konflik telah berdampak pada operasi kami di pasar-pasar ini'.
Laporan perusahaan farmasi memperingatkan ini 'dapat berdampak negatif pada hasil keuangan kami di masa mendatang.
'Selain itu, eskalasi yang signifikan atau perluasan ruang lingkup konflik saat ini dapat berdampak negatif pada hasil operasi dan keuangan kami di masa mendatang,' kata laporan tersebut.***