ZONA PRIANGAN - FIFA telah mengundang badan pengatur sepak bola domestik ke pertemuan puncak secara online pada Kamis, 30 September 2021 untuk membahas proposal kontroversialnya untuk menyelenggarakan Piala Dunia setiap dua tahun, bukan empat tahun.
Topik tersebut akan dibahas dengan asosiasi anggota FIFA sebagai bagian dari rencana untuk mereformasi kalender internasional.
"Ada konsensus luas dalam permainan bahwa kalender pertandingan internasional harus direformasi dan ditingkatkan," kata FIFA dalam sebuah pernyataan pada Senin, dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV, belum lama ini.
"Menyusul undangan kepada para pemangku kepentingan, termasuk semua konfederasi, pada awal September, diskusi sedang diselenggarakan dalam beberapa minggu mendatang".
"FIFA juga mengundang asosiasi anggotanya ke pertemuan puncak online pertama pada 30 September 2021. Ini adalah salah satu dari beberapa peluang untuk membangun debat yang konstruktif dan terbuka, di tingkat global dan regional, selama beberapa bulan mendatang".
Proposal untuk Piala Dunia dua tahunan dihidupkan kembali pada Maret oleh mantan manajer Arsenal Arsene Wenger, yang sekarang sekarang menjabat sebagai kepala pengembangan sepak bola global di FIFA.
Idenya adalah untuk mengadakan turnamen internasional setiap tahun dari 2025-2026, bergantian Piala Dunia dan turnamen kontinental seperti Kejuaraan Eropa dan Copa America.
Ide tersebut mendapat penolakan dari sejumlah konfederasi, salah satunya Presiden UEFA Aleksander Ceferin sangat menentang proposal tersebut dan mengancam bahwa negara-negara Eropa akan memboikot Piala Dunia dua tahunan tersebut.
Sementara Konfederasi Amerika Selatan CONMEBOL mengatakan bahwa proyek itu tidak bisa dibenarkankan secara keolahragaan.
Presiden FIFA Gianni Infantino telah berjanji keputusan tentang penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun akan dibuat pada akhir tahun.
Pekan lalu FIFA menerbitkan jajak pendapat online yang mengklaim mayoritas penggemar sepak bola mendukung gagasan Piala Dunia "lebih sering".
Hasil survei sangat kontras dengan oposisi dari banyak kelompok pendukung nasional di seluruh dunia.***