Huawei Pimpin Revolusi Mobil Pintar: Teknologi Driver Assistance Membuat Gebrakan!

- 27 April 2024, 19:34 WIB
Sedan listrik Luxeed S7, yang dikembangkan oleh Huawei dan Chery Aut, ditampilkan di stan Huawei di Pameran Otomotif Internasional Beijing, atau Auto China 2024, di Beijing, China, 25 April 2024.
Sedan listrik Luxeed S7, yang dikembangkan oleh Huawei dan Chery Aut, ditampilkan di stan Huawei di Pameran Otomotif Internasional Beijing, atau Auto China 2024, di Beijing, China, 25 April 2024. /REUTERS/Tingshu Wang

ZONA PRIANGAN - Hanya butuh waktu empat tahun tahun saja bagi Huawei untuk menjadi kekuatan dalam teknologi mobil pintar (smart car), melewati dampak sanksi perdagangan terhadap bisnis ponsel pintarnya sambil secara bersamaan mengembangkan sistem bantu pengemudi yang menjadi favorit di pameran otomotif Beijing.

Huawei Technologies memiliki dua stan besar di acara minggu ini, dan setidaknya ada tujuh produsen mobil China yang memamerkan Qiankun mereka yang terpasang di mobil mereka sebagai sistem bantu pengemudi yang paling canggih hingga saat ini.

Bahkan Volkswagen Jerman akan melengkapi Audi Q6L e-tron buatannya di China dengan Qiankun pada peluncuran mobil tersebut pada tahun 2025, dalam kesepakatan pertama Huawei dengan produsen mobil asing, kata dua orang yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters.

Baca Juga: Xiaomi Bersiap Ubah Permainan: Keunggulan Teknologi EV yang akan Merevolusi Industri

Minat CEO Nissan Makoto Uchida juga terpicu saat ia mengunjungi stan Huawei dan mendengarkan perwakilan menjelaskan sistem yang dikembangkan untuk mobil Seres yang dipajang.

Juru bicara Nissan mengatakan Uchida sedang mengunjungi stan dan tidak memberikan komentar mengenai pertimbangan kerjasama dengan Huawei.

Audi mengatakan tidak memberikan komentar mengenai pemasok. Huawei tidak segera merespons permintaan komentar.

Baca Juga: Terungkap! Mengapa Wuling Bingo EV Jadi Primadona di China

Kemunculan Huawei yang cepat sebagai pemasok suku cadang menyoroti upaya produsen peralatan telekomunikasi tersebut untuk mencari sumber pertumbuhan setelah kontrol ekspor AS yang diberlakukan atas alasan keamanan nasional sejak tahun 2019 merusak bisnisnya, terutama ponsel pintar.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x