Hanya Terjadi di Kota Bandung, PPKM Diartikan Pembiaran Pedagang Kumpul Merajalela

- 15 Februari 2021, 11:49 WIB
Foto ilustrsi kegiatan PPKM di Kota Bandung.*
Foto ilustrsi kegiatan PPKM di Kota Bandung.* /ZonaPriangan/Didih Hudaya

ZONA PRIANGAN - Ini mungkin hanya terjadi di Kota Bandung, PPKM bukan diartikan sebagai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

PPKM di Kota Bandung bisa bermakna Pembiaran Pedagang Kumpul Merajalela.

Hal itu gara-gara kesan lucu saat dilaksanakannya PPKM di kawasan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung, Minggu 14 Februari 2021.

Di satu sisi, petugas dengan ketat melarang pedagang memasuki kawasan GBLA karena program PPKM.

Baca Juga: Terlihat Lucu, PPKM di Kawasan GBLA Bandung Hanya Memindahkan Keramaian ke Lokasi Baru

Tapi konyolnya, para petugas membiarkan pedagang kembali berkumpul dan menciptakan kerumunan di depan mata mereka.

Sepanjang jalan menuju kawasan GBLA, para pedagang memenuhi dua sisi jalan. Bahkan lapak pedagang pun menghabiskan setengah badan jalan.

Kumpulan pedagang sangat ramai, pengunjung hilir mudik, dan petugas tidak melakukan tindakan apa pun.

Baca Juga: Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

Banyak masyarakat bertanya-tanya, apa makna PPKM? Lantas apa gunanya sibuk mengusir pedagang berkumpul, terus membiarkan pedagang kumpul di depan mata petugas?

"Kalau PPKM dimaknai seperti di GBLA ya merupakan kegiatan mubajir. Tidak ada artinya, karena kerumunan tetap terjadi dan dibiarkan oleh petugas," kata seorang penggemar jogging, Supriyadi.

Seorang mahasiswa yang juga aktivis komunitas sepeda, Ilhami Tawakal juga terheran-heran dengan apa yang dilakukan petugas di kawasan GBLA.

Baca Juga: Bukit Jamur, Banyak Wisatawan yang Penasaran Ingin Bergaya di Kaki Gunung Patuha Itu

"Mereka bilang, maaf kawasan GBLA tidak bisa untuk kumpul-kumpul. Lucunya di depan mata mereka, terjadi aktivitas kumpul-kumpul. Aneh kan?" ucap Ilhami.

Tanggapan lebih keras disampaikan oleh Ansori yang biasa rutin melakukan olah raga pagi di GBLA.

Menurut Ansori, ada dua mental buruk pada masyarakat Indonesia. Pertama mental latah, kedua mental robot.

Baca Juga: Peringatan bagi Penggemar Kerupuk, Ini Risiko yang Harus Dihadapi jika Berlebihan

Untuk latah dicontohkan, saat pemberlakuan lockdown semua warga ikut-ikutan membuat portal di jalan.

Tanpa mengerti dari makna lockdwon sendiri yang penting sudah membuat portal dan bisa menutup jalan.

Untuk mental robot dicontohkan, kalau ada perintah ABCDE ya dijalankan sesuai ABCDE tanpa melakukan evaluasi.

Baca Juga: Sungai Ini Selalu Menggoda Setiap Orang untuk Melompat dan Berakhir dengan Kematian

"Jadi kalau perintahnya cuma menutup akses jalan menuju kawasan GBLA, ya cukup mengusir orang dari kawasan itu. Sekalipun mereka melihat ada kerumunan di depan matanya, itu bukan urusan mereka," ucapnya.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x