Seni Mural Menjadi Imun Tubuh bagi Seniman Lukis di Majalengka

- 30 Maret 2021, 07:45 WIB
Sejumlah seniman lukis tengah membuat lukisan mural di tembok belakang Universitas Majalengka atau di area terbuka di bawah SkyWalk  GGM Majalengka, Minggu 28 Maret 2021. Kegiatan tersebut bagi mereka adalah vaksin disaat pandemi yang butuh ruang untuk berekpresi sebagai imun bagi tubuh dan jiwanya.
Sejumlah seniman lukis tengah membuat lukisan mural di tembok belakang Universitas Majalengka atau di area terbuka di bawah SkyWalk GGM Majalengka, Minggu 28 Maret 2021. Kegiatan tersebut bagi mereka adalah vaksin disaat pandemi yang butuh ruang untuk berekpresi sebagai imun bagi tubuh dan jiwanya. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Sebanyak 22 orang perupa asal Majalengka (Peka) buat lukisan mural di dinding tembok belakang Universitas Majalengka atau di area terbuka di bawah SkyWalk  GGM Majalengka, Minggu 28 Maret 2021

Menurut keterangan ketua Peka Majalengka Ade Rukmanta atau lebih dikenal dengan panggilan Ade Realism, pengerjaan mural ini sebagai bentuk vaksinasi bagi para perupa di Majalengka ditengah banyak orang mengeluh tidak punya aktifitas akibat pandemi Covid-19 .

Kegiatan berkerjasama dengan Universitas Majalengka.

Baca Juga: Anya Geraldine Sukses Menurunkan Berat Badan, Turun 3Kg hanya Dalam Sepekan

“Ada 11 bidang yang kami lukis, setiap bidang dilakukan oleh dua orang. Dengan menghabiskan cat sekitar 50 kaleng,” ungkap Ade.

Tema menurutnya diberi pihak Perguruan Tinggi namun bagaimana mengekpresikan lukisan bergantung imajinasi tiap perupa.

Demikian juga dengan pemberian warna cat sesuai dengan keinginan perupa.

Pengerjaan dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB selesai hingga pukul 16.00.

Baca Juga: Andi Arief: Pak Moeldoko Sudah Pasang Kuda-kuda dan Mau Cuci Tangan

Para perupa  ini berasal dari sejumlah wilayah di Majalengka mulai Malausma bagian paling Selatan Majalengka hingga Utara dan Timur Majalengka seperti Kecamatan Leuwimunding

“Tidak semua datang dari jumlah anggota 60 ini karena kebetulan punya aktifitas sendiri di hari Minggu ini termasuk seniman kriya,” kata Ade yang menjadi Ketua Peka sejak 2017 lalu.

Disampaikan Ade Realism, bagi perupa kegiatan tersebut adalah vaksin untuk memperkebal imun para perupa.

Dan  sebetulnya walaupun disaat pandemi para perupa lebih kebal, lebih bisa bertahan hidup dibanding bentuk kesenian lainnya yang butuh panggung dan butuh keramaian.

Baca Juga: Kim So Hyun dan Na In Woo Siap Melakukan Perang Sengit dalam Drakor River Where The Moon Rises

“Perupa mah tara gogorowokan hayang panggung, secara individu kami lebih kuat, dan kami tetap bisa bertahan hidup dengan cara kami  dan standar kami,” kata Ade.

Selama ini Pemerintah sendiri tidak banyak berpikir dan berpihak terhadap budaya dan seni bidang  perupa.

Namun lebih banyak perhatian pada seni pertunjukan, semisal membelikan gamelan, alat musik lain, memberi ruang untuk pertunjukan dan sebagainya.

Padahal katanya pengembangan seni berawal dari seni rupa. Dan para pelaku seni rupa pun sebetulnya butuh perhatian dari pemerintah dan ada keinginan yang sama untuk diperlakukan sama dengan seniman musik, tari  dan sebagainya, namun perhatian dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan kebutuhan para seniman rupa.

Baca Juga: Lepas dari Kiwil Kehidupan Meggy Wulandari Lebih Bahagia tapi Menangis Ketika Bertemu Anak Tiri

Kebutuhan yang diinginkan tersebut semisal, butuh galeri, pameran, workshof, sebab semua karya  melingkupi karya yang harus dipajang, dilihat orang.

Untuk itu beda media beda kebutuhan. Selama ini perupa yang terdiri dari kriya, batik, seni lukis, pemahat atau ukir dan pematung  seolah lebih teabaikan.

Anggoat Peka, Eman Sulaeman Awi yang dikenal seniman kriya mengatakan, kebutuhan para seniman itu berneda tergantung apa yang dilakukan setiap individu.

Makanya jika pemerintah akan memberikan dukungan tentu harus berbeda. Yang mungkin hargapun jauh lebih murah bila dibanding dengan harga gamelan yang nilainya bisa ratusan juta.

Baca Juga: Denny Darko Gagal Menghipnotis Atta Halilintar, Ternyata Ini Penyebabnya

Yang standar saja menurut Eman, bagi seniman sepertinya hanya membutuhkan gerinda cutting, bor tunner, srongsaw, kompresor , tembakan paku, gergaji duduk dan lain-lain yang harganya tidak sampai belasan juta.

Di Majalengka ada banyak seniman bambu sepertinya, yang membuat kerajinan seni yang beragam, ada yang alat musik bambu, mebel, gazebo, interior, dan barang lainnya yang berasal dari bambu.

Untuk seni batik juga kebituhannya berbeda, mereka butuh alat atau media celup dan lainlain.

Baca Juga: Ketika Kepala Angsa Terpenggal, Warga Kota Kentucky Bersedih

“Pekerjaan kami semua menuangkan imajinasi  tapi kami tetap berpikir realistis,” pungkap Ade. (Rachmat Iskandar)***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah