Walaupun kondisi ruangan rusak menurutnya, ruang kelas terap dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, mengingat jumlah ruang kelas yang terbatas sementara jumlah murid sangat banyak mencapai 295 dan rombongan belajar untuk kelas VI mencapai dua rombel.
Disampaikan Kuswati, pihaknya sudah berulang kali mengajukan perbaikan sekolahnya tersebut yakni di Tahun 2018 dan Tahun 2021, namun pihak pemerintah belum menyetujui perbaikan tersebut dengan alasan hanya rehab sedang.
“Jika diperbaiki dari dana BOS sepertinya tidak memungkinkan karena butuh anggaran lumayan besar. Tidak mungkin dengan dana sedikit. Kalau kekurangan bangku, kerusakan bangku atau pintu tentu bisa dari dana BOS atau kerusakan kecil lainnya,” ungkap Kuswati.
Baca Juga: Jabar Tekan Kasus Perkawinan Usia Dini, Berisiko Tinggi Pada Kesehatan Reproduksi dan Mental Anak
Selain membutuhkan perbaikan ruang kelas dan guru, SD, Jatipamor pun membutuhkan lab Computer, tempat belajar anak-anak.
Karena penyimpanan computer tidak memungkinkan di ruangan kelas sehubungan sekolah rawan pencurian.
Makanya butuh ruangan yang benar-benar aman dari tangan pencuri.
“Sekolah kami sudah berulangkali kena pencurian, jadi butuh ruang computer yang sangat aman. Ruang biasa mudah dijebol sayang jika barang disimpan asal-asalan,” katanya.