ZONA PRIANGAN - Para petani pemilik sawah kini tidak perlu khawatir lagi dalam hal budidaya tanaman padinya.
Dengan penggunaan teknologi drone, kini mereka bisa memangkas biaya pemeliharaan tanaman tersebut.
Seperti dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Karangwareng Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon yang bermitra dengan Mitra Kreasi Dharma (MKD), salah satu perusahaan pestisida yang ada di wilayah tersebut, pada Kamis, 19 Mei 2022 lalu.
Penyuluhan dilakukan pada kelompok tani di wilayah binaan Desa Karangmekar, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, yang merupakan cakupan wilayah BPP Karangwareng, Distan Kabupaten Cirebon.
Salah seorang penyuluh pertanian di wilayah binaan tersebut, Endang Indriasari, mengatakan penggunaan teknologi drone dalam hal penyemprotan pestisida untuk pemeliharaan tanaman padi ini baru dilakukan pertama kali di daerah itu.
"Respon petani sangat antusias, karena dari segi biaya lebih murah jika dilakukan kerjasama dengan perusahaan pestisida," katanya pada Zonapriangan.com saat dihubungi via aplikasi WhatsApp, Sabtu, 21 Mei 2022.
Menurut Endang, kedepannya tenaga manusia sudah mulai berkurang untuk bidang pertanian. Jadi penggunaan drone ini merupakan solusi tepat yang bisa memangkas biaya pemeliharaan tanaman.
"Biasanya yang satu hektar menggunakan tenaga manusia sekitar 4 orang dengan upah harian perorangnya sekitar Rp100 ribu, belum termasuk membeli obat-obatan," ujarnya.
Endang menambahkan, pihak MKD menawarkan kerjasama untuk luasan sawah 1 hektar dengan hanya merogoh kocek Rp400 ribu sekali penyemprotan. Itu sudah termasuk aplikasi obat-obatannya.
Baca Juga: Produk Pertanian Seluler Berbasis Tumbuhan Akan Menggantikan 50 Persen Daging dalam 10 Tahun
"Dengan pemakaian drone, efektifitas waktu penyemprotan bisa lebih cepat, 1 hektar bisa selesai dalam 20 menit," ungkapnya.
Drone ini, jelas Endang, mempunyai kapasitas muat sekitar 20 liter, kecepatan semprot 3 km per jam dengan ketinggian 1,5-2 meter dari permukaan tanah, serta lebar kerja 4 meter sehingga akan diperoleh kapasitas kerja 1,2 hektar per jam (0,83 jam/ha).
"Dosis penyemprotan dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara mengatur bukaan nosel penyemprotan," paparnya.
Bagi petani, ungkap Endang, teknologi drone ini menjadi salah satu alternatif untuk menekan biaya produksi dan menyiasati semakin langkanya tenaga kerja manusia.
Harapan Endang, para pemangku kebijakan dapat membantu dalam pengembangan teknologi ini mengingat harga drone dan perlengkapannya yang cukup mahal.
"Diharapkan kedepannya teknologi drone ini dapat dikembangkan karena sangat membantu sekali bagi para petani dalam meningkatkan budidaya tanaman padinya," pungkasnya.***