Mengandung Kitin, Kulit Lobster dan Kepiting Kini Bisa Dibuat Menjadi Baterai Ramah Lingkungan

4 September 2022, 20:32 WIB
Kulit kepiting kini bisa dibuat baterai.* /Unsplash/

ZONA PRIANGAN – Bisakah kepiting dan lobster membantu membuat baterai yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan? Para ilmuwan kini bisa melakukannya.

Beralih menuju solusi hijau untuk generasi energi yang lebih bersih tidaklah cukup, bahkan baterai untuk mendukung teknologi semacam itu perlu diajari ramah lingkungan.

Seperti kita ketahui, bahan kimia yang digunakan dalan baterai lithium-ion tradisional akan terurai ratusan hingga ribuan tahun, dan juga berisiko terbakar.

Baca Juga: Teori yang Aneh, Semua Akan Berubah Menjadi Kepiting Termasuk Manusia dan Alien

Berharap menemukan solusi terbaik untuk masalah itu, para ilmuwan dari Amerika Serikat telah mengembangkan baterai yang menggunakan limbah dari kulit krustasea untuk menyimpan energi.

Seperti ditulis laman The Guardian, para ilmuwan kini menganalisis sebuah bahan kimia yang ditemukan dalam kulit kepiting dan lobster, mungkin bisa digunakan membuat baterai yang lebih berkelanjutan.

Krustasea seperti kepiting, lobster, dan udang memiliki kulit luar yang terbuat dari sel yang mengandung kitin. Kitin merupakan sejenis polisakarida yang membuat kulit tersebut keras dan tahan.

Baca Juga: Serangan Menakutkan 50 Juta Kepiting Menguasai Pulau Christmas, Penduduk Tidak Berani Keluar Rumah

Setelah pemrosesan secara kimia dengan larutan asam asetat, kitin mungkin bisa disintesa menjadi membran gel untuk digunakan sebagai elektrolit baterai.

Cairan elektrolit atau pasta di dalam batere membantu memuati molekul (ion) untuk bergerak di antara dua ujung baterai untuk menyimpan energi.

“Elektrolit kitosan” ini kemudian dicampur dengan seng (Zn) untuk menjaga baterai aman dan juga murah.

Baca Juga: Pemandangan yang Aneh, Kerang, Kepiting, Lobster Menumpuk hingga Setinggi Pinggang di Sepanjang Pantura

Para pencipta batere tersebut mengatakan bahwa efisiensi energinya bisa mencapai 99,7% bahkan setelah 1.000 siklus baterai lebih dari 400 jam.

Kelebihan lainnya, baterai tersebut bisa diisi ulang dengan cepat tanpa membahayakan kinerjanya.

Lalu apa yang membuat baterai ini ramah lingkungan? Dua pertiga dari baterai ini (yang terbuat dari kitosan) bisa terurai dalam tanah hanya dalam waktu lima bulan.

Baca Juga: Pulau Christmas Dikuasai Kepiting Merah, Musim Kawin hingga Akhir November

Hal itu berkat penguraian mikroba. Hanya yang tersisa seng daur ulang sebagai hasil sampingnya.

Sebuah uraian mengenai riset ini telah dipublikasikan dalam jurnal Matter oleh pemimpin peneliti Liangbing Hu dari Universitas Maryland.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler