Alat Baru yang Mengubah Sinar Matahari, Karbondioksida, dan Air Menjadi Bahan Bakar

27 Agustus 2020, 21:30 WIB
Tim dari Universitas Cambridge mengembangkan alat yang meniru proses fotosintesis, kemampuan tumbuhan mengubah cahaya matahari menjadi energi.*/UNIVERSITY Of CAMBRIDGE /

ZONA PRIANGAN - Para Insinyur di Universitas Cambridge, Inggris telah mengembangkan sebuah alat yang bisa mengubah sinar matahari, karbondioksida, dan air menjadi bahan bakar netral karbon, tanpa memerlukan komponen listrik.

Teknologi ini bisa merintis jalan untuk fotosintesis buatan, meniru tumbuhan yang mengubah sinar matahari menjadi energi, alat baru ini menggunakan bahan yang disebut lembaran fotokatalis, yang memanfaatkan tenaga surya untuk mengubah CO2 dan H2O menjadi O2 dan asam formik, bahan bakar yang bisa disimpan.

Menurut paper baru yang dipublikasikan baru-baru ini dalam jurnal Nature Energy, teknologi ini bisa disebarkan pada skala yang sama dengan peternakan surya, mengubah sejumlah besar karbondioksida ke bahan bakar bersih.

Baca Juga: Kadin Minta Pemerintah Perhatikan Pengusaha Daerah Terdampak Covid-19, Iwa: Berikan Mereka Stimulus

“Sulit untuk mencapai fotosintesis buatan dengan selektivitas derajat tinggi, sehingga anda bisa mengubah banyak sinar matahari ke dalam bahan bakar yang anda inginkan, daripada meninggalkan banyak limbah,” kata Qian Wang, seorang ahli kimia Cambridge pemimpin studi ini, dalam sebuah rilis berita.

Beberapa teknologi untuk memproduksi bahan bakar netral karbon juga menghasilkan berbagai hasil samping. Memisahkan hasil samping dari bahan bakar adalah proses yang mahal dan makan banyak energi, membuat produksi yang disebut bahan bakar bersih tidak lagi bersih.

"Kita ingin menuju poin di mana kita bisa secara bersih menghasilkan bahan bakar cair yang juga bisa secara mudah menyimpan dan mengangkutnya,” kata Erwin Reisner, profesor dari Cambridge.

Baca Juga: Warga Resah, Daging Sapi Beku dari Australia Beredar di Garut

Sebuah alat daun buatan diciptakan oleh kelompok riset Reisner yang menjadi inspirasi untuk alat baru ini. Daun buatan ini mengubah cahaya surya, karbondioksida dan air menjadi bahan bakar yang disebut syngas.

Teknologi baru ini menggunakan teknik yang sedikit berbeda untuk konservasi energi, menghasilkan asam folik daripada syngas, daripada menggunakan komponen sel surya untuk membuat daun buatan ini, para insinyur bergantung pada rangkaian fotokatalis yang ditempelkan pada lembaran yang mengandung serbuk semikonduktor.

Proses produksi lembaran fotokatalis ini cukup mahal dan bisa secara mudah diperbesar, menurut pada peneliti.
Menurut para ilmuwan dalam studi terbaru ini menyebutkan bahwa asam formik yang dihasilkan dari alat ini bisa ditangkap dalam larutan dan dengan mudah dikonversi menjadi berbagai jenis bahan bakar.

Baca Juga: Pelatih Persib Cukup Terkesima dengan Skill Tiga Pemain dari Diklat

"Kita terkejut bagaimana hal itu bekerja dalam istilah selektivitasnya, ini menghasilkan hampir tanpa limbah,” kata Wang.

"Kadangkala sesuatu tidak bekerja dengan baik seperti yang diharapkan, tapi yang ini kasus yang jarang di mana benar-benar bekerja dengan sangat baik, kita berharap teknologi ini akan memberi jalan menuju produksi bahan bakar surya praktis dan berkelanjutan,” kata Reisner.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler