Kuliner di Waduk Cirata Serba Dadakan, Pembeli pun Harus Menunggu Ayam Disembelih

20 Agustus 2020, 08:45 WIB
PEMANDANGAN Waduk Cirata Purwakarta dari salah satu sudut desa setempat.*/PARAMA GHALY /

ZONA PRIANGAN - Salah satu objek wisata yang bakal jadi tujuan wisatawan di akhir pekan ini, yakni Waduk Cirata.

Destinasi wisata yang berlokasi di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegalwaru Plered, Kabupaten Purwakarta itu banyak menawarkan daya tarik.

Tidak hanya bangunan waduk yang menawan, tapi juga kawasan sekelilingnya masih enak dipandang mata.

Baca Juga: Mau Awet Muda, Berendamlah di Air Terjun Martolu

Selain potensi alamnya yang masih indah, pengunjung pun bisa memanfaatkan penyewaan perahu motor untuk mengelilingi Waduk Cirata.

Jangan lewatkan juga, untuk menjajal aneka kuliner khas warga setempat dengan harga yang relatif terjangkau.

Wisatawan dari Kota Bandung cuma butuh waktu kurang lebih dua jam untuk sampai ke Waduk Cirata.

Baca Juga: Legenda Rakyat, Air Terjun Mursala Berasal dari Tangisan Seorang Putri

Dari arah Bandung mengarah ke Cimahi dan tembus ke Padalarang dan lanjut ke Cikalong Wetan. Dari situ langsung mengikuti penunjuk jalan ke Waduk Cirata.

Berkunjung ke Waduk Cirata, di liburan panjang ini lebih asyik membawa keluarga.

Sebab, selain bisa menikmati pemandangan alam yang indah sekitar waduk, di sana bisa menjajal kuliner khas warga setempat.

Baca Juga: Ban Puen Palace, Istana Kerajaan yang Berubah Menjadi Museum

Uniknya lagi, semua hidangan yang ditawarkan warga, dimasak secara dadakan.

Misalnya, kalau pengunjung memesan ayam goreng atau ayam bakar, maka warga yang membuka warung di sana mendadak menangkap ayam hidup dan memotongnya.

Banyak wisatawan yang berpikir, proses semacam itu akan memakan waktu lama. Belum lagi harus menahan perut yang sudah lapar.

Baca Juga: Di Pantai Ini Banyak Monyet, Wisatawan Dilarang Mempertontonkan Aurat

Ternyata warga di sana cukup terampil. Setelah ayam sudah dipotong (disembelih), pemilik warung dengan cekatan mencabuti bulu ayam dengan waktu cepat.

Mereka benar-benar terlatih. Sesudah bersih dari bulu, ayam dipotong-potong sesuai pesanan, atau dalam bentuk bekakak (utuh), lantas mau dibakar atau mau digoreng terserah pembeli.

Jadi pembeli tidak perlu khawatir, walau semua menu disiapkan secara dadakan, namun proses memasaknya cukup cepat.

Baca Juga: Unik, Jumlah Kawanan Kera di Taman Kalijaga Tidak Pernah Berubah

Demikian juga dalam menyiapkan racikan bumbunya, para pembeli dijamin bakal ketagihan. Sambal dadaknya membuat selera makan menjadi sangat lahap.

Selain menu ayam yang dipotong secara dadakan, hal yang sama juga akan dilakukan terhadap menu jenis ikan.

Tidak ada ikan yang sudah tersedia di lapak warung. Melainkan hasil tangkapan, kemudian disisik, baru diberi bumbu sesuai pesananan pembeli mau digoreng atau dibakar.

Baca Juga: Curug Putri Sering Disebut Lokasi Turunnya Dewi Kahyangan

Cara pemilik warung di sekitar Waduk Cirata yang menyajikan menu kuliner secara dadakan itu, memang jadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke sana.

Menu favorit lainnya yang ditawarkan pemilik warung, yakni nasi liwet, yang juga dibuat dadakan.

"Semua dibuat serba dadakan. Ini dilakukan biar terasa nikmat oleh pengunjung. Apalagi kalau dihidangkan dalam kondisi masih hangat. Membuat selera makan jadi bertambah. Kalau sekali sudah mencicipi, pasti bakal ketagihan datang ke sini lagi," kata Ibu Yani, salah seorang pemilik warung di sana.

Baca Juga: Kampung Kopi Banaran, Sensasi Minum Kopi di Alam Pegunungan

Kenikmati kuliner sekitar Waduk Cirata, diakui Fikri seorang wisatawan asal Cibeunying Kota Bandung.

Dia mengaku bukan pertama kali datang ke Waduk Cirata. Bersama anggota keluarganya, memanfaatkan hari libur mengunjungi Waduk Cirata untuk refreshing.

"Suasana alam di sini menyenangkan. Anak-anak juga suka kalau diajak ke sini. Sengaja tidak membawa perbekalan, karena niatnya memang ingin kulineran di sini. Kangen nasi liwetnya," ujar Fikri.

Baca Juga: Cerita Munjul Bangke dan Misteri Cikurubuk Sekitar Waduk Darma Kuningan

Berbeda dengan Fikri, Nanang datang ke Waduk Cirata bersama rombongan komunitas sepeda. Menurutnya, setelah menempuh perjalanan dari Bandung, rasanya cocok makan siang di sini.

"Biasa kita foto-foto dulu di sini. Cocok untuk diposting di media sosial. Biasanya, kalau kita sudah posting di media sosial, ada komunitas lain bertanya dan akan tertarik datang ke sini," kata Nanang.

Selain rombongan keluarga, memang banyak anggota komunitas motor dan komunitas sepeda yang menjadikan Waduk Cirata sebagai daerah tujuan. Mereka mengatur waktu tiba di Waduk kira-kira pas jam makan siang.

Baca Juga: Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

Anggota komunitas motor atau sepeda senang ke Waduk Cirata, karena mereka menikmati sekali melintas jalanan di atas waduk. Di sana tersedia, lahan untuk beristirahat dan memarkirkan kendaraan. Dari lokasi itu, bisa mengambil gambar untuk kenang-kenangan.

Latar belakangnya bisa bangunan penunjang waduk yang kokoh dan megah. Atau bisa juga mengambil spot yang latar belakangnya pemandangan alam berupa bukit dan pohon-pohon menghijau.

Puncak dari kunjungan ke Waduk Cirata, yakni menikmati wahana perahu motor. Banyak warga setempat, menawarkan jasa mengantar wisatawan keliling waduk dengan perahu motor.

Baca Juga: Warga Desa Lumbu Masih Menurut Pesan Sesepuh, Tidak Berani Tebang Pohon Bambu Sembarang Waktu

Satu perahu motor bisa mengangkut sampai 15 orang. Jangan dipaksakan lebih dari jumlah itu karena merasa masih satu rombongan.

Sebab kalau kelebihan beban, bisa membahayakan. Lebih baik menggunakan perahu lainnya, karena di sana cukup banyak yang menjajakan jasa keliling Waduk Cirata.***

 

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler