Petani Arjasari Ekspor Ubi Jalar (Boled), Cocok untuk Bahan Eskrim di Hong Kong

- 8 September 2020, 12:48 WIB
GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil secara simbolis melepas ekspor ubi jalar dari Arjasari ke Hong Kong.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA
GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil secara simbolis melepas ekspor ubi jalar dari Arjasari ke Hong Kong.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA /


ZONA PRIANGAN - Ekspor ubi jalar itu merupakan hasil para petani asal Kecamatan Arjasari. Direncanakan para petani setempat ekspor ubi jalar sebanyak 30 ton per bulan.

Pelepasan ekspor ubi jalar ke Hong Kong di Kantor Desa Punggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung dilakukan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Selasa 8 September 2020.

Ridwan Kamil didampingi Direktur Aneka Kacang dan Umbi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Amiruddin Pohan.

Baca Juga: Camat Tandatangani Pakta Integritas, Haurgeulis Jadi Wilayah Bebas Korupsi

Turut menyaksikan Bupati Bandung H. Dadang M. Naser dan Kepala Dinas Pertanian/Sekda Kabupaten Bandung H. A. Tisna Umaran

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, ekonomi paling tangguh di antaranya pada sektor ketahanan pangan.

Salah satunya pertanian unggulan ubi jalar yang bisa digunakan untuk bahan baku kue, es krim dan makanan lainnya.

Baca Juga: Jerman Teraman dari Covid-19, Indonesia Peringkat 79, Filipina Paling Parah di Asia Tenggara

Dengan adanya ekspor ubi jalar itu membuktikan ketahanan pangan tak terkena Covid-19.

"Ubi jalar yang dikenal dengan hui boled di luar negeri bisa digunakan untuk pembuatan tepung dan kue, selain eskrim dengan berbagai rasa dan warna di antaranya warna ungu kuning. Hari ini, kita melaksanakan ekspor ke Hongkong," kata Ridwan Kamil.

Ia juga berharap ada negara lain yang menjadi sasaran pemasaran ubi jalar, tentunya dengan gaya hidup sama dengan Hongkong berkaitan dengan kebutuhan ubi jalar tersebut.

Baca Juga: Apa-apaan Malaysia Melarang WNI Masuk, Bisa Bahaya Kalau Arab Saudi juga Ikut Melarang WNI Umrah

Ridwan Kamil mengatakan, ubi jalar merupakan salah satu kebutuhan pangan yang istimewa di negara tropis. Bahkan tananan ini sangat cocok ditanam di Jabar, khususnya di Kabupaten Bandung karena tanahnya subur.

Sehingga tak ada alasan tanah di Kabupaten Bandung tak produktif. Jika tak produk karena faktor pola pikir manusia.

"Di negara iklim tropis, tanahnya subur. Salah satunya di Jabar, khususnya di Cekungan Bandung," kata Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.

Baca Juga: Warga Timor Leste Ingin Kembali ke Pelukan NKRI, Netizen +62: Waktu Berpisah Apa Gak Mikir?

Ia juga berharap produk pertanian lainnya bisa dipromosikan. Dengan adanya keunggulan produksi pertanian ini, Kang Emil berharap bisa mendorong anak-anak muda untuk tinggal di desa.

"Tinggal di desa itu jauh dari penyakit Covid-19. Petani muda atau petani milenial yang tinggal di desa bisa menguasai digital untuk melakukan pemasaran atau berjualan dalam melakukan transaksi hasil pertanian," tuturnya.

Lebih lanjut Kang Emil berharap, dengan adanya ekspor ubi jalar sebanyak 30 ton per bulan ini, ada negara lain yang menjadi pemasaran atau transaksi kebutuhan pangan tersebut.

Baca Juga: Bahaya, Tinggi Permukaan Laut Bertambah Akibat Mencairnya Gletser di Antartika

Ia berharap ada dukungan dari Dirjen Keanekaragaman Kacang dan Ubi dalam pemasaran ubi jalar asal Kabupaten Bandung tersebut. Mengingat, produksi ubi jalar tersebut memiliki kepentingan yang luar biasa untuk kebutuhan pangan.

Dalam pelaksanaan impor ubi jalar itu, Kang Emil pun menitipkan kualitas bahan pangan yang dipasarkan ke luar negeri. Mengingat sebelumnya ada kasus dalam pengiriman produk pertanian ke negara lain, ditolak oleh negara yang bersangkutan karena ada serangga.

"Kami berharap, impor ubi jalar ini mencapai ribuan ton," harapnya.

Baca Juga: Wuhan Dikenal dengan Virus Corona, Kini Banyak Orang yang Penasaran Ingin Terbang ke Sana

Sebelumnya, ia mengungkapkan, warga petani di Subang sudah melaksanakan ekspor jahe ke Singapura. Untuk itu, ia berharap kepada sejumlah pihak untuk mencari tahu, kebutuhan pangan apa saja yang laku di pasaran.

Kang Emil juga berharap kepada Kementerian Pertanian untuk menghibahkan anggaran untuk pergudangan. Gudang itu untuk penyimpanan hasil pertanian. Dengan harapan bisa mensejahterakan para petani.

"Kami juga menitipkan kepada para petani, dalam pelaksanaan ekspor jangan main-main. Bentuk kemasan serapih mungkin. Supaya tidak ada penolakan dan barang kembali. Seperti contoh saat ekspor gedong gincu ke Jepang, karena ada bintik hitam akhirnya ditolak," ungkapnya.

Baca Juga: Rekor Infeksi Harian Covid-19 Capai 78.761 Kasus, Terjadi di Negara Ini

Ia juga mengaku bangga kebutuhan ubi jalar surplus dan bisa ekspor. Ia mendorong kepada pemerintahan setempat untuk mencari pasar lainnya.

Kang Emil juga menyikapi tentang ketahanan pangan di Kabupaten Bandung, khususnya dalam impor susu yang masuk ke dalam negeri. Ia menilai, masih cukup tinggi impor susu dari luar negeri untuk kebutuhan susu nasional.

Untuk menunjang kebutuhan susu di dalam negeri, Kang Emil menyebutkan, seluas 1.000 hektare lahan di Kecamatan Rancabali untuk kawasan peternakan sapi yang menghasilkan susu dan pertanian terpadu lainnya.

Baca Juga: Pulau Jawa Paling Terang di Malam Hari, Papua Terlihat Gelap

Ia berharap, lahan seluas itu bermanfaat untuk para petani dan peternakan.

"Setelah penanganan Covid-19 ini, kita berorientasi pada sektor pertanian," katanya.***

 

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah