Mereka mencatat bahwa lebih banyak partisipan terpapar pada polusi partikel yang berukuran lebih kecil, yang berakibat menurunkan progresivitas (kemampuan berenang ke depan) dan total motilitas (kemampuan berenang) sperma.
Saat mereka secara spesifik dipapar pada polusi partikel lebih kecil dari 2,5 mikrometer, ada sekitar 3,6 persen penurunan motilitas sperma.
Baca Juga: Bhutan Negara Unik, Melarang Warganya Miskin dan Pernah Menolak Kehadiran Internet
Di lain pihak, terpapar partikulat berdiameter 10 mikrometer akan menghasilkan kurang dari 2,4 persen motilitas sperma.
Ini menunjukan ada kemungkinan bahwa perbedaan ukuran polusi partikel bisa menyebabkan efek yang berbeda pada kualitas semen, dengan ukuran polutan yang lebih kecil, mampu memasuki paru-paru yang lebih dalam.
Dampaknya akan lebih bila terpapar selama 90 hari saat pembuatan sperma yang merujuk pada spermatogenesis.
Baca Juga: Kasihan Ayam Kalkun, Sejumlah Negara Tidak Mau Mengakui Sebagai Tempat Kelahirannya
Ini berarti partikel polusi bisa berpengaruh pada sperma pada tingkatan genetis. Namun menurut para ilmuwan masih butuh penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan hal tersebut.***