Dari statistik yang tersedia memperlihatkan bahwa pria di kawasan tersebut telah mengalami sebuah penurunan dalam jumlah sperma total (TSC) dan konsentrasi sperma (SC).
Kecenderungan ini terlihat sebelumnya di Amerika Utara, Eropa dan Australia, dan studi ini memperlihatkan sebuah percepatan setelah penurunan pada 2000 dalam TSC dan SC secara global.
Baca Juga: Mencukur Bulu Kemaluan dan Cabut Bulu Ketiak Jangan Lebih dari 40 Hari, Ini Penjelasannya
Menurut Profesor Hagai Levine dari Universitas Hebrew Israel, studi ini tidak menaksir penyebab penurunan ini.
Tetapi ia menunjuk pada riset belum lama ini, yang mengindikasikan bahwa gangguan dalam pengembangan reproduktif selama hidup janin bertautan dengan rusaknya kesuburan dan disfungsi reproduksi lainnya.
"Tambahan pula, pilihan gaya hidup dan zat-zat kimia di lingkungan berdampak buruk dalam berkembangnya janin ini,” jelas Levine.
Baca Juga: Sehabis Kencing Jangan Lupa Berdehem Tiga Kali, Ini Penjelasannya
Sebuah penelitian pada 2021 terungkap bahwa infeksi SARS CoV-2 bisa merusak kualitas sperma dan menurunkan kesuburan pada para pria.
Para peneliti menemukan bahwa virus corona telah menyebabkan meningkatnya kematian sel sperma, peradangan dan stres oksidatif.
Menurut studi ini, reseptor yang digunakan oleh virus tersebut untuk mengakses jaringan paru-paru juga ditemukan dalam testikel.