Indonesia Disebut Dukung Rencana Pemilu Baru di Myanmar, KBRI Diserbu Pengunjuk Rasa

24 Februari 2021, 07:27 WIB
Ilustrasi kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap pemimpin Myanmar.* /Reuters /Stringers

ZONA PRIANGAN - Indonesia membantah laporan yang menyebutkan mendukung pemilihan baru di Myanmar.

Rumor soal dukungan pemilu baru tersebut sempat memicu demonstrasi warga setempat di KBRI di Myanmar.

Dilansir Nikkei Asia, Selasa, ratusan warga berkumpul di kedutaan Indonesia, menyerukan agar suara mereka dihormati.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Militer China Diduga Dukung Kudeta di Myanmar, Chen Hai: Itu Pesawat Pengangkut Makanan Bukan Tentara

Pemerintah Indonesia lewat Kemenlu menegaskan bahwa mereka tak pernah berencana mendukung pemilu baru oleh junta seperti dilaporkan sejumlah media asing yang kemudian memicu aksi unjuk rasa di KBRI Yangon.

Teuku Faizasyah, juru bicara menteri luar negeri Indonesia, membantah adanya rencana aksi terhadap Myanmar.

"Mendukung proses pemilu baru di Myanmar sama sekali bukan posisi Indonesia," kata Faizasyah dalam konferensi pers daring.

Baca Juga: Viral, Lagu Ampun Bang Jago Indonesia Mengiringi Kudeta Militer Myanmar

Baca Juga: Empat Bulan Diganggu Suara Hantu, Seorang Warga Temukan Harta di Pintu Rahasia

Dilansir Nikkei Asia, warga Myanmar oleh laporan Reuters pada hari Senin lalu yang merinci rencana tersebut.

Para pengunjuk rasa mengangkat plakat yang mengatakan mereka tidak menginginkan pemilihan lagi, dan bahwa suara mereka pada pemilu November lalu harus dihormati.

Laporan Reuters, berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan Indonesia mendorong tetangganya di Asia Tenggara untuk "menyetujui rencana aksi atas kudeta Myanmar".

Baca Juga: Menjijikan, Penjualan Masker Aroma Vagina Laku Keras, Harganya Rp3,5 Juta

Baca Juga: Perempuan Ini Sedih, Kulit di Ibu Jarinya Selalu Ditumbuhi Bulu Kemaluan

Disebutkan juga perlu ada penegakkan janji junta untuk mengadakan pemilihan baru.

Selain itu menetapkan bahwa pengawas harus hadir untuk pastikan pemilu adil dan inklusif.

Lei Wah, seorang pekerja kantoran berusia 29 tahun yang melakukan protes di luar kedutaan di Yangon, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa dia ada di sana karena laporan tersebut.

Baca Juga: Saat Telanjang, Cewek Ini Tidak Membutuhkan Baju, Cukup Menutup Tubuh dengan Rambut Panjangnya

Baca Juga: Taktik Ibu Ini Sangat Cerdas, Menjebak Suami Selingkuh dengan Cara Minta Dikirimi Foto Selfie

“Pemilu sudah selesai November lalu dan masyarakat, termasuk saya, menerima hasilnya,” ujarnya.

Sementara itu, Menlu Inggris Dominic Raab dalam pidatonya di sidang Dewan HAM, meminta militer (junta) Myanmar untuk "menyingkir" dan menghormati proses demokrasi Myanmar.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB, kata Raab, akan membahas situasi di Myanmar yang semakin buruk.

Baca Juga: Sungai Ini Selalu Menggoda Setiap Orang untuk Melompat dan Berakhir dengan Kematian

Baca Juga: Cina Ingin Menguasai Dunia dengan Menciptakan Tentara Super Setangguh Captain America

Organisasi ini juga akan mendesak junta agar para pemimpin sipil seperti Suu Kyi dibebaskan.(SF)***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Nikkei Asia

Tags

Terkini

Terpopuler