Senjata Mematikan Ranjau Kupu-kupu, Diduga Digunakan Pasukan Rusia Saat Perang di Ukraina

16 Agustus 2022, 07:55 WIB
PFM-1 atau ranjau kupu-kupu.* /TOI/

ZONA PRIANGAN – Selama berkecamuknya perang antara Rusia dan Ukraina, dilaporkan bahwa Rusia telah menggunakan “Ranjau Kupu-kupu” untuk menghambat pergerakan pasukan di sepanjang garis musuh.

Laporan tersebut mengutip Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris, “Rusia kemungkinan besar telah menyebarkan ranjau anti-personel untuk melindungi dan menghambat kebebasan pergerakan musuh sepanjang garis pertahanannya di Donbass."

Ranjau-ranjau semacam ini memiliki potensi menimbulkan korban meluas di antara militer dan warga sipil setempat.

Baca Juga: Dibantu China, Rusia Siap Gunakan Senjata M-81 yang Mampu Melakukan Tembakan Presisi di Medan Pertempuran

Dikenal sebagai ranjau PFM-1 dan PFM-1S, ranjau kupu-kupu merupakan ranjau anti-personel yang bisa disebarkan lewat mortir, helikopter dan pesawat terbang dalam jumlah besar.

Nama ranjau tersebut diturunkan dari bentuk dan warnanya.

Ranjau ini sangat sensitif sentuhan dan meledak bila terjadi kontak. Secara signifikan, ranjau ini tidak meledak ketika melayang ke daratan dan bisa lolos dari detektor logam karena terbuat dari plastik.

Baca Juga: Jet Mata-mata RC-135 NATO Coba Membantu Ukraina, MiG-31BM Rusia Langsung Mencegat Sekitar Cape Svyatoy Nos

Ranjau ini mampu melukai atau mencederai dengan parah orang yang memegangnya.

Konotasi kupu-kupu muncul karena bobotnya yang ringan dan bisa dibawa angin. Juga, bisa terbawa air dan salju yang mencair.

Ranjau ini juga kerap disebut nuri hijau karena bentuk warnanya yang cerah, ini juga yang kerap menarik perhatian anak-anak karena mirip mainan.

Baca Juga: Tentara Ukraina Sulit Menghindar, Senapan PPK-20 Pasukan Vladimir Putin Muntahkan 800 Peluru dalam Semenit

Soviet dituduh telah merancang senjata ini yang terlihat seperti mainan, namun negara ini pada waktu itu selalu menolaknya.

Ranjau ini telah membuat cacat anak-anak di daerah konflik, terutama selama konflik Uni Soviet-Afghanistan karena mereka salah mengira ranjau ini sebagai mainan.

Lebih dari 30.000 penduduk Afghanistan telah menjadi korban ranjau ini, seperti dilaporkan The Indian Express.

Baca Juga: Marat Gabidullin, Mantan Anggota Grup Wagner yang Setia Pada Vladimir Putin Kini Minta Suaka ke Prancis

Ranjau darat anti-personel secara internasional telah dilarang, 164 negara telah menandatangani Perjanjian Ottawa 1997 namun Rusia dan Ukraina pada waktu itu tidak ikut menandatanganinya.

Dengan dua sayap, ranjau ini dicetak dalam plastik polythene. Satu sayap lebih berat dari sayap lainnya, yang digunakan sebagai aktivasi tekanan untuk sumbu utama.

Di tengah badannya memiliki sumbu utama dan saat dijatuhkan dari udara, sayap yang ringannya berperan sebagai penyeimbang.

Baca Juga: Kemenhan Rusia Sebut Pilot Terbaik Ukraina Anton Listopad Sudah Tewas, 260 Jet Tempur Kiev Dihancurkan

Ketika tekanan melebihi 5 kg mengenainya, ranjau yang mengandung 40 g bahan peledak ini akan diaktifkan.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: The Indian Express

Tags

Terkini

Terpopuler