ZONA PRIANGAN - Militer Ukraina mengklaim telah menembak jatuh 220 drone buatan Iran yang diguanakan pasukan Vladimir Putin.
Namun, selama sebulan ini, banyak juga drone Shahed-136 Iran yang lolos dari pertahanan udara Ukraina, sehingga menimbulkan kehancuran di Kiev dan kota lainnya.
Atas insiden itu, Kiev mengundang Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke Ukraina untuk memeriksa beberapa puing drone Iran yang telah dikumpulkan.
Baca Juga: Brigade Mekanik ke-72 Ukraina Bertanggung Jawab Atas Ledakan Tank Bebek Duduk Rusia di Kherson
Berbicara setelah pertemuan Dewan Keamanan pada hari Rabu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy membantah pasukan Kremlin menggunakan drone Shahed-136.
Dia bersikeras bahwa drone yang menyerang Kiev itu dibuat di Rusia dan mengutuk tuduhan tak berdasar serta teori konspirasi.
Dia meminta Guterres dan stafnya untuk tidak terlibat dalam penyelidikan tidak sah.
"Jika tidak, kami harus menilai kembali kerja sama kami dengan mereka, yang hampir tidak menguntungkan siapa pun,” katanya kepada wartawan.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengatakan mereka memiliki bukti bahwa Iran memasok Rusia dengan Shahed-136, drone murah yang meledak saat mendarat.
Washington mengatakan setiap transfer senjata bertentangan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang merupakan bagian dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015.
Sementara itu, Teheran membantah memasok drone ke Rusia dan awal pekan ini mengatakan siap untuk dialog dan negosiasi dengan Ukraina untuk menghapus tuduhan.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan Ukraina harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.
Pada hari Rabu, utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menolak klaim tidak berdasar tentang transfer pesawat tak berawak, lapor Aljazeera.
Baca Juga: Pejuang Kiev Sudah Mengepung Kherson, Pasukan Vladimir Putin Lakukan Evakuasi Warga Secara Paksa
Dia mengatakan bahwa Teheran, yang telah abstain dalam pemungutan suara pada perang, menginginkan "resolusi damai" dari konflik, yang dimulai ketika Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.
Iravani mengatakan undangan Ukraina tidak memiliki dasar hukum dan meminta Guterres untuk mencegah penyalahgunaan resolusi dan pejabat PBB tentang masalah yang berkaitan dengan perang Ukraina.
“Iran sangat yakin bahwa tidak ada ekspor senjatanya, termasuk UAV, ke negara mana pun yang melanggar resolusi 2231," tambahnya.***