ZONA PRIANGAN - Meter (54) seorang pejuang Kiev mengaku ngeri melihat prajurit Vladimir Putin terus berdatangan tidak ada habis-habisnya.
Menurut Meter, sudah banyak prajurit Kremlin yang tewas di garis depan, namun tak lama kemudian Moskow kembali mengirim prajurit baru.
Meter yang bertugas mengoperasikan drone di wilayah Donbass menyebutkan, prajurit Rusia dari unit infanteri dibekali senapan AK dan granat.
"Mereka kurang terlatih, cuma diperintahkan terus bergerak mendekati parit pertahanan Ukraina dan melemparkan granat," ujar Meter kepada The Sunday Times.
Meter menambahkan, "Karena kurang terlatih, prajurit tersebut seperti diumpankan. Ketika mereka tewas dibiarkan. Kemudian datang pasukan inti Rusia untuk serangan kedua."
Siklus serangan pasukan Vladimir Putin selalu begitu, mengorbankan dulu prajurit kurang terlatih untuk umpan meriam ke 'penggilingan daging'.
Seperti yang terjadi di pertempuran Bakhmut Donbass, pasukan Rusia secara sembrono mengirimkan prajurit tak terlatih di serangan pertama.
Kremlin sekarang berharap tentaranya dapat terus maju dan merebut Soledar serta Bakhmut, karena berusaha mempertahankan momentum ofensifnya.
Namun, keuntungan Rusia datang dengan biaya yang sangat besar, dengan ratusan tentaranya dibantai dalam proses tersebut.
Baca Juga: Vladimir Putin Menghina Yevgeny Prigozhin, Abaikan Peran Grup Wagner dalam Pertempuran di Soledar
Tentara Ukraina yang mempertahankan garis depan di Donbass menggambarkan pertempuran itu mengingatkan pada Perang Dunia Pertama, lapor Express.
Para komandan pasukan Vladimir Putin tampaknya tidak terlalu memedulikan nyawa orang-orang mereka, mengirimkan gelombang demi gelombang infanteri bersenjata buruk untuk mencoba menyerbu posisi Ukraina yang dibentengi.***