ZONA PRIANGAN - Pasukan Rusia dari Unit Storm mengalami kerugian besar setelah dipukul mundur pejuang Ukraina di pertempuran Desa Vodyane wilayah Donetsk.
Mereka yang berasal dari Brigade ke-5, Korps 1, Korps ke-8 Rusia, semula berjumlah 161 orang. Namun mereka kehilangan 22 orang tewas dan 34 luka-luka setelah 14 hari bertempur.
Tragisnya, saat Unit Storm Rusia digempur pejuang Kiev, mereka tidak bisa mundur. Jika mereka mundur, maka akan dihabisi oleh pasukan Rusia lainnya dari Unit Pemblokiran.
Pasukan Rusia Unit Storm yang putus asa mengklaim Unit Pemblokiran Stalinis telah dikerahkan oleh jenderal untuk menghentikan mereka mundur setelah dibantai oleh pasukan Ukraina.
Dalam video yang diposting oleh Wertranslated di Twitter, tentara dari Unit Storm terlihat di ruangan sempit dengan simbol 'Z' yang diadopsi oleh pasukan Vladimir Putin di seragam mereka.
Narator video, yang awalnya diperkirakan telah diposting oleh pasukan di TikTok, memperkenalkan rekaman tersebut dengan mengatakan bahwa orang-orang yang ditampilkan adalah "sisa-sisa Unit Storm.
Seorang pria yang memperkenalkan dirinya sebagai komandan unit mengatakan bahwa mereka memiliki tujuan Desa Vodyane, sebuah pemukiman di wilayah Donetsk.
Komandan berkata: “Sulit untuk melakukan serangan di bagian ini karena musuh telah menyesuaikan tembakan di semua titik. Akibatnya, kami dikirim untuk berhadapan dengan senapan mesin, mortir, dan tank (musuh)."
Dia mengatakan unit tersebut berada di bawah tembakan mortir terbuka selama 14 hari selama pertempuran dan mengalami kerugian besar.
Dia menceritakan anak buahnya membuat keputusan untuk kembali ke markas tentara Rusia dan bahwa mereka menemukan evakuasi sedang direncanakan.
Tetapi unit c/o mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat melarikan diri karena Unit Pemblokiran mencegahnya untuk tidak mundur.
"Jadi kami, orang-orang (tentara Rusia) takut mati di depan dan belakang," ungkapnya, yang dikutip Express.
Selama ini Unit Pemblokiran Rusia memiliki kekuatan untuk memenjarakan dan menembak setiap pasukan Moskow yang meninggalkan garis depan.***