Virus China dan Kung Flu Turut Memicu Kebencian Terhadap Keturunan Asia di Amerika

- 26 Maret 2021, 22:11 WIB
Keturunan Asia yang hidup di Amerika kini dihinggapi rasa takut akan rasisme.*
Keturunan Asia yang hidup di Amerika kini dihinggapi rasa takut akan rasisme.* /Pixabay /Mohamed Hassan

ZONA PRIANGAN - Kebencian (rasisme) terhadap keturunan Asia di Amerika semakin meningkat menyusul kasus penembakan di tiga spa Atlanta.

Dalam kasus penembakan di Atlanta itu, enam wanita keturunan Asia tewas menjadi korban.

Sejumlah keturunan Asia yang hidup di Amerika kini dihinggapi rasa cemas dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Pangeran Harry Mundur dari Keluarga Kerajaan Inggris

Baca Juga: Zombie Ditemukan di Pedesaan Australia, Peneliti Lakukan Penyelidikan

Uniknya, kebencian terhadap keturunan Asia, dikait-kaitkan dengan asal usul virus corona yang berasal dari Wuhan China.

Banyak orang Amerika menuduh Asia sebagai biang keladi tersebarnya virus corona di sana.

Bahkan mantan Presiden AS Donald Trump berulang kali menyebut Covid-19 sebagai "Virus China" dan "kung flu".

Baca Juga: Empat Kapal Perang Angkatan Laut AS Sempat Mengejar 6 UFO, Hasilnya Cuma 'Garuk-garuk Kepala'

Baca Juga: Dua UFO Melintas di Dekat Stasiun Luar Angkasa, Astronot Tidak Menyadarinya

Retorika tersebut jelas mengobarkan sejumlah orang Amerika menjadi sentimen anti-Asia.

Stefany Stuber yang keturunan Korea mengaku khawatir dengan pertumbuhan anaknya, Oliva.

Olivia sempat bertanya, mengapa orang-orang begitu mudah menyakiti orang lain karena berasal dari Asia.

Baca Juga: Bayangan Hantu Terekam CCTV, Paranormal: Anggota Keluarga yang Meninggal Ingin Mampir

Baca Juga: Penampakan Hantu Sedih Karena Menjadi Ratu Cuma 9 Hari

"Apakah seseorang ingin menyakitiku hanya karena penampilanku terlihat dari Asia?" tanya Olivia kepada ibunya, Stefany Stuber.

Dr. Michi Fu, seorang psikolog dan profesor yang tinggal di Los Angeles, mengatakan wajar bagi orangtua keturunan Asia dihinggapi kecemasan.

Menurut Michi Fu, trauma rasisme, baik yang dialami secara pribadi atau disaksikan secara langsung atau tidak langsung, dapat berdampak buruk pada kesejahteraan fisik dan mental seseorang.

Baca Juga: Mamah Muda Kirim Foto Telanjang ke Mertua, lantas Minta Maaf ke Suami

Baca Juga: Saat Telanjang, Cewek Ini Tidak Membutuhkan Baju, Cukup Menutup Tubuh dengan Rambut Panjangnya

Kekhawatiran juga dirasakan Yoko Kobayashi wanita keturunan Jepang, yang memiliki putra berusia 11 tahun.

"Anak saya akan memulai pembelajaran tatap muka pada akhir Agustus nanti. Sementara rasisme di luar sana makin meningkat," kata Yoko Kobayashi yang tinggal di pinggiran utara Virginia. Washington.

Reuter melaporkan, di kota kecil Floral Park, New York, Annie Lee sedang berjuang keras.

Baca Juga: Mitos Kucing Hitam: di Italia Menandakan Kematian, di Jepang Bisa Mengusir Iblis

Baca Juga: Mitos Seputar Kucing Hitam, Nomor 4 Jangan Dilakukan Nanti Rezeki Berkurang Selama 2 Tahun

Lee ingin putranya yang berusia empat setengah dan sembilan tahun waspada terhadap potensi ancaman.

"Saya ingin mereka memiliki masa kanak-kanak yang normal dan tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal tertentu," kata Annie Lee keturunan Taiwan.

Annie Lee khawatir anaknya menjadi sasaran bullying dan penghinaan rasial saat tumbuh dewasa.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x