ZONA PRIANGAN - Parlemen Israel Minggu melakukan pemungutan suara untuk mengukuhkan pemerintahan yang baru, yang mengakhiri 12 tahun kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas negara itu.
Pemimpin Partai Yamina, Naftali Bennett (49) menggantikan Netanyahu (71), sebagai Perdana Menteri (PM) setelah mencapai kesepakatan dengan 8 partai lain untuk membentuk pemerintahan koalisi/ Knesset memilih 60-59 untuk menyetujui pemerintah.
Bennett, pemimpin Partai Zionis Bayit Yehudi sayap kanan, adalah menteri pertahanan dari 2019 hingga 2020. Dia berbicara sebelum pemungutan suara Knesset hari Minggu ketika dia menghadapi tentangan dari Partai Likud Netanyahu, yang menyebutnya "penjahat" dan "pembohong."
Mengatasi apa yang dia gambarkan sebagai perpecahan dalam pemerintahan negara itu, Bennett mengatakan sudah waktunya bagi para pemimpin yang bertanggung jawab dari berbagai bagian negara untuk menghentikan kegilaan ini.
"Saya bangga dengan kemampuan untuk duduk dengan orang-orang dengan pendapat yang sangat berbeda," katanya. "Pada saat yang menentukan, kami mengambil tanggung jawab," katanya, seperti dikutip ZonaPriangan dari laman UPI.com, 13 Juni 2021.
Pemimpin Partai Yesh Atid Yair Lapid, yang akan siap menggantikan Bennett sebagai perdana menteri pada tahun 2023, tidak menyampaikan pidato yang telah dia persiapkan untuk lantai parlemen dan malah menegur para pencela karena mengganggu pidato Bennett.
"Saya melewatkan pidato yang saya rencanakan untuk disampaikan hari ini karena saya di sini untuk mengatakan satu hal - untuk meminta pengampunan dari ibu saya," katanya.